Ancaman Kesehatan Global 2025: 11 Penyakit Paling Berbahaya, Termasuk Campak dan Pertusis
Dipublikasikan: Selasa, 4 Februari 2025
Waktu membaca: 3 menit
Klinik MyKidz – Rasanya lega sekali ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mengumumkan berakhirnya darurat kesehatan global Covid-19 pada 5 Mei 2023.
Sayangnya, virus korona akan tetap ada dan terus berubah sehingga masih ada risiko munculnya varian baru yang menyebabkan lonjakan kasus dan kematian.
Oktober 2024, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengonfirmasi varian baru yang tampaknya lebih menular, yaitu XEC.
Varian ini tiba-tiba memicu peningkatan besar dalam kasus Covid di seluruh negeri. Hanya dalam satu minggu, kasus meningkat dari 3,7 per 100 ribu menjadi 4,5 per 100 ribu.
Itulah mengapa, pada 2025, Covid masih menjadi salah satu penyakit yang dikhawatirkan oleh para ilmuwan dan dokter.
Selain Covid, ada 10 penyakit lainnya yang dianggap paling berbahaya pada 2025, termasuk penyakit yang umum menyerang anak-anak, yaitu campak dan pertusis.
Berikut ini 11 penyakit tersebut.
1 | Covid
Virus korona masih terus menyebar, bahkan bermutasi dan berubah menjadi jenis baru yang berpotensi lebih menular, serta kebal terhadap vaksin.
2 | Demam Berdarah Dengue (DBD)
DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes aegypti. Puluhan juta kasus dilaporkan setiap tahun dan hingga 25.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat DBD.
Penyakit ini paling banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis, seperti Amerika Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Namun, akibat perubahan iklim, semakin banyak pula kasus yang muncul di Eropa Selatan. Bahkan, nyamuk pembawa virus ini diperkirakan akan berkembang biak pula di Inggris.
Diperkirakan akan ada lebih banyak kasus DBD pada 2025, terutama di Eropa Selatan. Adapun negara yang berpotensi mengalami wabah DBD adalah Prancis, Italia, dan Spanyol.
Artikel terkait: Demam Berdarah Dengue Melonjak di Musim Hujan, Ketahui Gejalanya dan Cara Pencegahannya
3 | Campak (Measles)
Infeksi virus ini terutama menyerang anak-anak kecil. Campak sangat menular, menyebar melalui droplet (percikan liur) penderitanya ketika bersin atau batuk.
Kementerian Kesehatan Vietnam melaporkan lebih dari 38.364 kasus dugaan campak pada 2024, termasuk 13 kematian.
Setiap perjalanan ke luar negeri dapat menyebabkan paparan campak, dengan wabah yang dilaporkan di Asia, termasuk Vietnam, Thailand, Indonesia dan India, serta Afrika, Eropa dan Inggris, Timur Tengah, dan Amerika Serikat pada 2024.
Campak dapat dicegah dengan vaksin MMR (measles, mumps, rubella). Lihat panduan lengkap imunisasi anak di sini.
4 | Cikungunya
Seperti DBD, penyakit ini juga ditularkan oleh nyamuk dan berpotensi meningkat pada 2025. Hingga November 2024, sekitar 480 ribu kasus cikungunya dan 190 kematian telah dilaporkan di seluruh dunia. Kasus cikungunya terbanyak di Brasil, mencapai 400 ribu pada Agustus hingga Oktober tahun lalu.
5 | Demam West Nile
Virus West Nile (WNV) ditularkan melalui gigitan nyamuk, juga bisa melalui transfusi darah dan transplantasi organ. Infeksi WNV pada manusia telah dilaporkan di Spanyol, Prancis, Italia, Yunani, dan Jerman pada awal November 2024.
Di Indonesia, virus West Nile mulai mendapatkan perhatian karena menginfeksi 12 warga Surabaya pada 2014.
Sebagian besar (70—80 persen) orang yang terinfeksi WNV tidak memperlihatkan gejala. Kurang dari satu persen orang yang terinfeksi dapat memperlihatkan gejala neurologis, seperti ensefalitis atau meningitis, dan 10 persen kasus disertai gejala neurologi dapat menyebabkan kematian.
6 | Flu Burung
Flu burung menyebar ke manusia melalui sentuhan dengan hewan yang terinfeksi, kotoran atau alas tidurnya, atau melalui persiapan unggas yang terinfeksi untuk dimasak.
Flu burung berevolusi dalam bentuk sedikit mirip dengan varian Covid dan berpotensi menyebabkan pandemi.
Menurut badan kesehatan PBB, tahun lalu ada 76 orang—sebagian besar adalah pekerja pertanian—yang terinfeksi virus flu burung jenis H5.
Selain AS (lebih dari 60 kasus), kasus flu burung juga telah dilaporkan di Australia, Kanada, Cina, Kamboja, dan Vietnam.
Merespons laporan peningkatan kasus flu burung (Avian Influenza) pada sejumlah negara, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menerbitkan surat edaran kewaspadaan dan kesiapsiagaan flu burung.
7 | Kolera
WHO telah menetapkan kolera sebagai salah satu ancaman kesehatan global. Diare parah ini disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae.
Pada kasus yang ekstrem, infeksi dapat berkembang sangat cepat dan mengakibatkan kematian dalam beberapa jam jika tidak diobati. Setiap tahunnya, kematian akibat kolera mencapai 143 ribu orang.
8 | Kudis
Inggris mengalami lonjakan kasus kudis. Meski tidak mematikan, kudis dapat benar-benar memengaruhi kualitas hidup orang yang mengalaminya.
Kudis disebabkan oleh tungau kecil yang menggali ke dalam kulit untuk bertelur dan memicu ruam gatal yang sangat mengganggu.
Menurut WHO, penyakit ini secara global diperkirakan menyerang lebih dari 200 juta orang setiap saat dan lebih dari 400 juta orang secara kumulatif setiap tahun.
Kudis ditemukan di setiap negara, tetapi sangat umum di banyak daerah tropis yang miskin sumber daya, terutama pada anak-anak dan orang tua.
Di daerah tropis, kudis merupakan faktor risiko umum untuk penyakit ginjal dan jantung rematik. Hingga 10 persen anak di daerah miskin sumber daya ditemukan mengalami kerusakan ginjal akut akibat kudis, yang bisa berlanjut hingga menyebabkan kerusakan ginjal permanen.
9 | Batuk Rejan
Batuk rejan (whooping cough) atau pertusis adalah infeksi bakteri yang menyerang paru-paru dan dapat mematikan jika tidak diobati.
Penyakit ini terutama menyerang anak kecil dan bayi, tetapi siapa pun dapat mengalami gejala jika terinfeksi.
Tahun lalu, kasus batuk rejan—disebut juga batuk 100 hari—mengalami lonjakan pada sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Australia, Prancis, Inggris, dan Singapura.
Vaksinasi adalah pertahanan terbaik terhadap batuk rejan. Sangat penting bagi ibu hamil dan bayi untuk menerima vaksin pertusis pada waktu yang tepat. Cek panduan lengkap imunisasi anak di sini.
10 | Resistansi Antimikroba
WHO mengatakan, resistansi antimikroba merupakan ancaman kesehatan global utama.
Antimikroba adalah obat-obatan yang umumnya digunakan untuk mengobati penyakit menular, termasuk antibiotik, antivirus, dan antijamur.
Para ilmuwan memperingatkan, infeksi ini membutuhkan waktu yang semakin lama untuk bereaksi terhadap obat-obatan, karena obat-obatan tersebut terus berevolusi dan berkembang untuk melindungi diri dari penyakit tersebut.
Siapa pun yang terkena infeksi bakteri yang resistan terhadap antibiotik lebih mungkin meninggal dalam waktu 30 hari, menurut UKHSA.
Itulah mengapa, dokter selalu mengingatkan untuk mengonsumsi antibiotik hanya jika diresepkan dan harus dihabiskan sesuai dosis yang telah ditentukan.
11 | Penyakit X
Penyakit X adalah nama yang diberikan untuk jenis penyakit apa pun yang belum teridentifikasi. WHO memasukkan penyakit X dalam daftar prioritas penyakit yang memerlukan penelitian mendesak.
Penyakit X baru-baru ini menewaskan sedikitnya 31 orang—sebagian besar anak-anak—di wilayah Panzi, Republik Demokratik Kongo (DRC).
Penyakit X berpotensi menjadi pandemi besar berikutnya, tetapi dunia kemungkinan besar tidak siap menghadapi lonjakan kasus secara tiba-tiba. (*)