Demam Berdarah Dengue Melonjak di Musim Hujan, Ketahui Gejalanya dan Cara Pencegahannya
Dipublikasikan: Selasa, 26 November 2024
Waktu membaca: 3 menit
Klinik MyKidz – Tahukah Mama, hampir semua kabupaten/kota di tanah air sudah dinyatakan endemis dengue? Tahun ini, sebaran kasus tertinggi demam berdarah dengue (DBD) terjadi di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, DKI Jakarta, dan Banten. Kita harus meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD. Terlebih saat musim hujan, kasus DBD melonjak yang biasanya terjadi mulai awal Desember.
DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini berwarna hitam pekat, memiliki dua garis vertikal putih di punggung dan garis-garis putih horizontal pada kaki; aktif terutama pada pagi hingga sore, meskipun kadang-kadang juga menggigit pada malam hari; lebih sering ditemukan di dalam rumah yang gelap dan sejuk dibandingkan di luar rumah yang panas.
Meskipun data menunjukkan kasus DBD paling banyak ditemukan pada kelompok usia produktif (15—44 tahun), kasus kematian justru lebih banyak ditemukan pada anak usia 5—14 tahun. Selain karena anak-anak memang lebih rentan, kematian yang terjadi umumnya lantaran DBD pada anak terlambat dideteksi dan didiagnosis. Ini karena gejala demam yang dialami anak sering kali dianggap sebagai demam biasa, padahal harusnya segera ditangani.
Ketahui Gejala DBD
Biasanya gejala mulai muncul pada 4—10 hari setelah terinfeksi.
# Gejala utama:
- Demam mendadak yang tinggi, mencapai suhu hingga 39—40 derajat Celsius.
- Demam berlangsung terus-menerus selama 2—7 hari, kemudian turun dengan cepat.
# Gejala lain yang menyertai:
- Sakit kepala.
- Menggigil
- Lemas
- Mual
- Muntah
- Nyeri otot, tulang atau sendi.
- Sakit/nyeri di belakang mata
- Ruam kulit kemerahan.
- Kesulitan menelan makanan dan minuman.
# Fase kritis:
Dalam beberapa kasus, gejala memburuk dan dapat mengancam jiwa. Waspadai ketika suhu tubuh menurun dan tubuh terasa dingin—meskipun penderita mungkin merasa seperti sudah sembuh—karena dapat terjadi sindrom syok dengue yang mengancam jiwa.
Tanda-tanda peringatan DBD yang parah biasanya muncul pada hari pertama atau kedua setelah demam hilang. Waspadai tanda-tanda peringatan ini karena dapat berkembang dengan cepat dan merupakan kedaan darurat yang mengancam jiwa.
- Sakit perut parah.
- Muntah terus-menerus.
- Perdarahan dari gusi atau hidung (mimisan).
- Darah dalam urine, tinja atau muntahan.
- Perdarahan di bawah kulit, mungkin terlihat seperti memar.
- Timbul bintik-bintik merah pada kulit.
- Sulit atau cepat bernapas.
- Kelelahan
- Mudah tersinggung atau gelisah.
Orang yang pernah menderita DBD di masa lalu, jika terinfeksi untuk kedua kalinya berisiko lebih besar terkena DBD yang parah.
Saat Tepat ke Dokter
Jika Mama menduga si kecil terkena DBD atau mengalami demam tinggi, segera periksakan ke dokter. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan positif dengue, anak harus segera dirawat. Jika pun hasilnya negatif, kondisi anak harus tetap dipantau. Jika demam masih terus terjadi setidaknya selama tiga hari berikutnya, si kecil perlu kembali diperiksa.
Jika gejalanya memburuk dalam 1—2 hari pertama setelah demamnya hilang, segera dapatkan perawatan medis. Gejala yang parah (fase kritis) merupakan keadaan darurat medis yang mengancam jiwa.
Tips Mencegah DBD
Beberapa langkah pencegahan berikut penting kita lakukan, yaitu:
1. Melakukan kegiatan “3M Plus”.
Mama-Papa tentu tak asing lagi dengan istilah “3M Plus” untuk memberantas sarang nyamuk, yaitu:
- Menguras dan menyikat dinding tempat penampungan air, seperti bak mandi dan drum.
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti drum, tempayan, dan lain-lain.
- Mendaur ulang atau memanfaatkan kembali barang bekas yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk, seperti botol bekas, ban bekas, dan lain-lain.
- Plus Cara Lain, yaitu: memantau wadah air yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, mengganti air vas bunga seminggu sekali, mengeringkan air di alas pot bunga, ganti air secara teratur di tempat mandi burung dan wadah air hewan peliharaan, memperbaiki saluran air, dan lain-lain.
2. Menghindari gigitan nyamuk.
Gunakan obat antinyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk, sekalipun berada di dalam ruangan.
American Academy of Pediatrics (AAP) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan penggunaan produk pengusir serangga, termasuk nyamuk, yang telah terdaftar di Environmental Protection Agency (EPA). Produk-produk ini mengandung bahan-bahan, seperti DEET, picaridin, minyak lemon eucalyptus, atau bahan aktif lain yang terdaftar di EPA.
Cara lain menghindari gigitan nyamuk:
- Saat berada di luar ruangan, kenakan baju lengan panjang dan celana panjang yang dimasukkan ke dalam kaus kaki.
- Ketika berada di dalam ruangan, gunakan AC jika tersedia.
- Pastikan kasa jendela dan pintu bebas dari lubang. Jika area tidur tidak memiliki kasa atau ber-AC, gunakan kelambu.
- Batasi waktu atau hindari—jika memungkinkan—berada di luar rumah pada jam-jam aktif nyamuk, terutama di daerah yang dilaporkan terjadi demam berdarah.
3. Vaksinasi
Vaksinasi telah terbukti dalam mencegah penyakit dan melindungi kesehatan masyarakat. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) merekomendasikan vaksin dengue untuk anak mulai usia 6 tahun. Vaksin dengue berguna mencegah infeksi virus dengue. Mama-Papa dapat menghubungi Klinik MyKidz untuk memperoleh informasi lengkap tentang vaksin dengue beserta jadwal pemberiannya. (*)
Sumber:
- Kompas.id (14/11/2024)
- Mayo Clinic (17/07/2024
- Sehat Negeriku (14/11/2024)