Memulai Toilet Learning: Sangat Penting untuk Mengikuti Jadwal
Dipublikasikan: Kamis, 28 November 2024
Waktu membaca: 3 menit
Klinik MyKidz – Tak ada patokan pasti mengenai usia dimulainya toilet learning. Meski umumnya pada usia antara 18 bulan hingga 3 tahun, setiap anak memiliki kesiapannya sendiri.
Ada sejumlah tanda umum kesiapan toilet learning pada anak. Mama-Papa dapat membacanya di sini. Jika si kecil sudah menunjukkan tanda-tandanya, berarti si kecil sudah siap untuk memulai belajar menggunakan toilet.
Berkenalan dengan kursi pispot.
Meskipun si kecil telah menunjukkan tanda-tanda kesiapan toilet learning, Mama-Papa tetap perlu mempersiapkannya sebelum mulai mengajarkan penggunaan toilet. Jika si kecil belum menunjukkan tanda-tanda kesiapan toilet learning, Mama-Papa juga dapat melakukan cara-cara berikut untuk menarik minatnya.
- Membacakan beberapa buku anak-anak tentang belajar menggunakan toilet.
- Ketika mengganti popok, Mama-Papa dapat mengatakan, "Saat kita makan atau minum, tubuh kita mengambil apa yang dibutuhkannya, lalu sisanya berubah menjadi urine atau feses. Itu seperti sampah tubuh kita yang harus dibuang. Nah, Adek baru saja membuang sampah urine dengan cara pipis"
- Ketika Mama-Papa hendak buang air kecil, katakan, “Adek, Mama kepengin pipis. Mama ke toilet dulu, ya.” Biarkan si kecil melihat Mama/Papa menggunakan toilet dan mencuci tangan setelahnya.
- Perkenalkan dengan kursi pispot, yaitu kursi khusus anak dengan lubang di bagian dudukan dan wadah—untuk menampung urine dan feses—di bawahnya yang dapat dilepas. Perhatikan, saat si kecil duduk di kursi pispot, kakinya harus dapat menyentuh lantai.
- Melakukan permainan pura-pura dengan menggunakan boneka yang bisa diisi. Si boneka ingin pipis, menghampiri kursi pispot, membuka celananya, lalu duduk di kursi pispot—ceritakan langkah-langkah ini dengan bahasa sederhana.
Penting diperhatikan.
* Gunakan istilah yang tepat dan mudah dipahami anak. Misalnya, “pipis” untuk BAK dan “pup” untuk BAB. Selain itu, gunakan kata “penis” untuk alat kelamin laki-laki dan “vagina” untuk alat kelamin perempuan, serta “bokong”.
* Hindari istilah yang ambigu, seperti “ke belakang” (untuk BAB), “burung” (untuk alat kelamin lelaki), dan “dompet” (untuk alat kelamin perempuan). Hindari pula kata-kata negatif, seperti kotor, jorok, nakal, dan bau.
Mengikuti jadwal atau rutinitas.
Saat Mama-Papa memulai toilet learning pada si kecil, rutinitas menjadi sangat penting. Ada waktu-waktu tertentu sepanjang hari untuk melakukan ritual menggunakan pispot—sebaiknya si kecil menggunakan pispot sebelum beralih ke toilet.
Minta si kecil duduk di kursi pispotnya setiap beberapa jam sekali, sekalipun ia sedang tidak ingin BAK/BAB. Waktu yang disarankan adalah pagi setelah bangun tidur, sebelum tidur siang, sebelum tidur malam, dan (sekitar 1 jam) setelah makan.
Katakan pada si kecil untuk melepas celana atau popoknya, lalu duduk di kursi pispot. selama beberapa menit untuk BAK atau lebih lama jika Mama-Papa merasa si kecil harus BAB.
Selama “masa penantian” itu, bacakan buku atau lakukan permainan untuk menghabiskan waktu dengan cara yang menyenangkan agar si kecil tidak jenuh.
Anak laki-laki dapat buang air kecil dengan cara duduk terlebih dahulu sampai nantinya ia belajar buang air kecil sambil berdiri.
Orangtua biasanya mengetahui tanda-tanda ketika buah hatinya merasa ingin BAB, seperti mengerang, berjongkok, atau “membeku” di pojok, dan wajahnya mungkin juga memerah.
Nah, ketika Mama-Papa melihat si kecil menunjukkan tanda-tanda tersebut, jelaskan secara singkat kepadanya bahwa tanda-tanda itu berarti ia akan BAB, lalu ajak si kecil ke pispotnya.
Berikan pujian dan penghargaan.
Saat memulai toilet learning, wajar saja jika terjadi “kecelakaan”. Beberapa anak masih mengalami “kecelakaan” sampai usia 5—6 tahun.
Jangan pernah menghukum si kecil karena ia mengompol atau mengotori celananya dengan feses. Si kecil masih dalam proses belajar sehingga ia belum sepenuhnya dapat menahan keinginan untuk BAK/BAB.
Jadi, bersikaplah positif. Ketika si kecil gagal, katakan bahwa Mama-Papa yakin ia akan melakukannya dengan lebih baik lain kali.
Mama-Papa juga dapat memberikan konsekuensi yang dapat diprediksi dan tidak bersifat hukuman, seperti meminta si kecil untuk membantu membersihkannya.
Sebaliknya, berikan pujian setiap kali si kecil berhasil menggunakan pispot. Banyak anak termotivasi oleh kesenangan yang mereka berikan kepada orangtuanya.
Pastikan Mama-Papa juga mendukung harga diri si kecil untuk mendorong motivasi internal. Mama-Papa dapat berkata, “Mama (Papa) sangat bangga kamu bisa menggunakan toilet dengan baik."
Memberikan hadiah kecil juga bisa menjadi cara yang bagus untuk memotivasi anak agar terus menggunakan pispot.
Mama-Papa dapat menggunakan bagan stiker—si kecil menerima sebuah stiker setiap kali ia menggunakan pispot. Setelah si kecil mendapatkan, misalnya, tiga stiker, ia akan memperoleh sebuah hadiah kecil.
Hanya saja, Mama-Papa perlu tahu bahwa pujian akan berkurang kekuatannya saat Mama-Papa meningkatkan ke hadiah dan sering kali dampak dari hadiah tersebut pada akhirnya juga akan hilang.
Hal penting lainnya, tidak berlebihan dalam memberikan hadiah. Segala sesuatu yang berlebihan sudah pasti tidak baik, bukan?
Mengajarkan kebersihan yang benar.
Tunjukkan kepada si kecil, cara membersihkan diri dengan benar. Anak perempuan harus merentangkan kedua kakinya saat membersihkan diri, lalu bersihkan secara menyeluruh dari depan ke belakang—cara ini membantu mencegah masuknya kuman dari rektum ke vagina atau kandung kemih.
Mencuci tangan sehabis BAK/BAB juga harus menjadi rutinitas sejak hari pertama memulai toilet learning. Buatlah kegiatan mencuci tangan jadi menyenangkan dengan membeli sabun warna-warni dan ramah anak.
CDC merekomendasikan untuk membasahi tangan dengan air dingin atau air hangat yang mengalir, menyabuninya dengan sabun, dan menggosok setidaknya selama 20 detik, lalu bilas sampai bersih dengan air bersih yang mengalir. Selanjutnya, keringkan tangan menggunakan handuk bersih atau pengering udara.
Sebaiknya kegiatan ini dapat berlangsung cukup lama dengan menyanyikan lagu, semisal, “Selamat Ulang Tahun” atau “Twinkle Twinkle Little Star” atau lagu-lagu lainnya kesukaan si kecil. Nyanyikan sebanyak dua kali agar gelembung-gelembung sabun dapat bekerja dengan baik dalam membasmi kuman.
Acara mencuci tangan pun jadi menyenangkan.
Tips Penting Lainnya
Ada beberapa hal penting yang perlu Mama-Papa ingat agar proses toilet learning berjalan lebih lancar.
* Berikan ekspektasi yang realistis berdasarkan kemampuan si kecil. Ungkapkan hal itu kepadanya dengan jelas dan sering, dan minta ia untuk mencoba mengikutinya setiap kali. Lakukan apa yang Mama-Papa bisa untuk membantu si kecil berhasil sesering mungkin. Bahkan, jika itu berarti belajar secara bertahap, selangkah demi selangkah.
* Sangat penting untuk menjaga rutinitas toilet anak tetap konsisten dengan menempatkan pispotnya di tempat yang sama setiap hari. Pastikan urutan tindakan—termasuk menyeka dan mencuci tangan—juga sama setiap kali. Pastikan juga pengasuh anak melakukan pendekatan toilet learning yang sama dengan Mama-Papa agar si kecil tidak bingung.
* Bisa terjadi, toilet learning yang berhasil dua minggu lalu mungkin tidak berhasil hari ini dan keterampilan yang dikuasai si kecil di masa lalu mungkin hilang sementara saat menghadapi tantangan baru. Hal ini wajar saja karena kemampuan anak-anak yang masih sangat kecil sering berubah dan bahkan tak terduga.
Toilet learning adalah tugas yang penting. Toilet learning membutuhkan waktu dan usaha, juga kesabaran Mama-Papa. Setiap anak memiliki kecepatannya sendiri. Jika ada pertanyaan atau kekhawatiran yang Mama miliki selama proses toilet learning si kecil, jangan ragu untuk membicarakannya dengan dokter spesialis anak di Klinik MyKidz. (*)
Sumber: