Studi Menemukan, Kurang Tidur di Awal Kehidupan Terkait dengan Risiko Gangguan Spektrum Autisme

Dipublikasikan: Jumat, 27 Desember 2024

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Julie

Editor: Julie

Klinik MyKidz – Sebuah penelitian baru-baru ini menyoroti betapa pentingnya tidur selama masa awal kehidupan saat otak sedang berkembang. Para peneliti menemukan hubungan antara kurang tidur pada bayi dan peningkatan risiko terkena gangguan spektrum autisme (ASD = Autism Spectrum Disorder).

Ya, tidur memainkan peran penting sejak kita lahir. Saat masih bayi, otak kita masih membentuk ujung-ujung neuron, yang disebut sinapsis, yang penting dalam pembelajaran, perhatian, memori kerja, dan memori jangka panjang.

Nah, tidur memungkinkan neuron-neuron ini berkembang dan terhubung satu sama lain, sehingga membentuk fungsi otak untuk sisa hidup kita.

Jika proses yang rumit tetapi penting ini terganggu, entah karena terus-menerus terjaga atau lantaran rasa cemas akan perpisahan, maka dapat menimbulkan dampak jangka panjang pada otak dan perilaku.

Sebuah studi baru yang dipimpin oleh Sean Gay, mahasiswa pascasarjana di laboratorium Graham Diering, PhD, asisten profesor pada Departemen Biologi Sel dan Fisiologi Fakultas Kedokteran UNC, menyelidiki bagaimana kurang tidur selama masa awal kehidupan memengaruhi bagian-bagian penting perkembangan otak dan hal itu dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan gangguan spektrum autisme (ASD).

Temuan mereka dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences

"Dampak unik dari kurang tidur selama masa perkembangan sebagian besar belum dieksplorasi. Data kami menunjukkan, bayi dan anak-anak lebih rentan terhadap dampak negatif dari gangguan tidur. Kami juga menemukan, kurang tidur selama periode waktu yang krusial ini dapat berinteraksi secara negatif dengan risiko genetik yang mendasari gangguan spektrum autisme," kata Diering dalam rilis berita (23/10/2024). 

 

Hubungan Antara Tidur dan Otak

Tidur penting untuk seluruh kehidupan dan terutama selama masa perkembangan.
Tidur penting untuk seluruh kehidupan dan terutama selama masa perkembangan. (Freepik)

Diering telah lama mempelajari bagaimana tidur memperkuat sinapsis dari waktu ke waktu—sebuah proses yang disebut plastisitas sinaptik—serta bagaimana kurang tidur dapat menyebabkan gangguan kognitif dan neurodegeneratif.

Pada 2022, lab Diering berusaha memahami, apakah gangguan tidur selama masa awal kehidupan dapat berinteraksi dengan risiko genetik yang mendasari ASD sehingga memengaruhi perilaku.

Dengan menggunakan model tikus, para peneliti menemukan, gangguan tidur selama minggu ketiga kehidupan (setara dengan usia 1—2 tahun pada manusia) menyebabkan gangguan jangka panjang dalam perilaku sosial pada tikus jantan yang secara genetik cenderung mengalami ASD.

Lab Diering juga mendalami bagaimana model tikus dewasa dan yang sedang berkembang mengompensasi kehilangan tidur.

Para peneliti menemukan, ketika tikus dewasa kehilangan banyak waktu tidur, mereka mengompensasinya dengan menambah waktu tidur di kemudian hari selama jam-jam aktif mereka—disebut sebagai "sleep rebound", respons ini memungkinkan tikus dewasa untuk "mengganti" waktu tidur yang hilang.

Sebaliknya, tikus yang lebih muda sama sekali tidak bisa tidur kembali. Hal ini mengonfirmasi hipotesis peneliti bahwa tikus yang lebih muda mungkin lebih rentan terhadap efek buruk kurang tidur. Peneliti juga mencatat, kurang tidur pada tikus muda benar-benar mengganggu kinerja mereka dalam tugas belajar mengingat.

Selanjutnya, lab mengalihkan perhatiannya ke efek tidur dan kurang tidur pada sinapsis neuron. Dengan menggunakan analisis molekuler, para peneliti menemukan, kurang tidur pada tikus muda—tetapi tidak pada tikus dewasa—sangat memengaruhi pembentukan sinapsis, aspek penting dari perkembangan otak.

"Perkembangan bukanlah sesuatu yang bisa diulang kembali. Tidur penting untuk seluruh kehidupan dan terutama selama masa perkembangan. Memahami apa yang kita ketahui sekarang akan lebih menekankan pada pemahaman masalah tidur pada ASD dan dapat mengarah pada jalur terapi yang penting untuk mengobati ASD dan kondisi perkembangan lainnya," kata Diering. (*)

 

Baca Juga:

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?