Si Kecil Menolak Makan Brokoli? Ini Alasannya Menurut Sebuah Studi

Dipublikasikan: Sabtu, 21 Desember 2024

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Julie

Editor: Julie

Klinik MyKidz – Brokoli, siapa tak kenal? Tanaman hijau yang bunga dan tangkainya dikonsumsi sebagai sayuran ini, merupakan anggota genus tanaman Brassica, yang juga disebut sayuran silangan (cruciferous vegetables).  Kerabat brokoli termasuk kubis Brussel (Brussels sprouts), kubis (cabbage), kembang kol (cauliflower), lobak Swiss (Swiss chard), dan selada air (watercress).

Brokoli yang rendah kalori dan kaya gizi ini sangat baik untuk kesehatan. Brokoli dapat meningkatkan kekebalan tubuh, membantu mengendalikan gula garah, melindungi usus, meningkatkan kesehatan jantung, dan juga mengurangi risiko kanker. Itulah mengapa, brokoli memiliki reputasi sebagai makanan super.

Sayangnya, banyak anak tak menyukai sayuran, termasuk brokoli. Mau diolah dalam resep apa pun, kebanyakan anak akan menolak brokoli. Bahkan, tak sedikit anak yang mengerutkan wajahnya, seperti merasa jijik, saat dihadapkan pada brokoli. Tak heran jika brokoli bisa menjadi sumber konflik di meja makan keluarga.

Mengapa anak sampai sebegitu tak sukanya pada brokoli dan kawan-kawannya ini? Ternyata ada penjelasan ilmiahnya, Ma-Pa.

 

Enzim Dalam Air Liur Membuat Sayuran Terasa Tidak Enak

Melansir dari Live Science (22/09/2021), sebuah penelitian menunjukkan, enzim sistein liase yang terkandung dalam air liur dapat membuat sayuran ini terasa tidak enak bagi beberapa anak. Enzim ini diproduksi oleh berbagai jenis bakteri yang hidup di mulut.

Enzim yang sama juga tersimpan dalam sel sayuran Brassica. Ketika si kecil mengunyah kuntum brokoli, enzim sistein liase akan keluar dari sel-sel komponen sayuran ini. Bersamaan dengan itu, enzim sistein liase yang ada di dalam air liur si kecil juga bekerja.

Enzim ini akan memecah senyawa yang disebut S-methyl-L-cysteine sulfoxide (SMCSO) dalam sayuran silangan. Proses pemecahan ini mengubah senyawa tersebut menjadi molekul-molekul yang berbau menyengat. Bau inilah yang membuat anak-anak akhirnya menghindari brokoli.

Studi sebelumnya terhadap orang dewasa menunjukkan tingkat aktivitas sistein liase dalam air liur seseorang menentukan seberapa banyak SMCSO dipecah, yang berarti pula menentukan seberapa banyak molekul bau yang dihasilkan. Hal ini, pada gilirannya, memengaruhi bagaimana rasa sayuran silangan bagi orang dewasa.

 

Anak-anak Lebih Sensitif Terhadap Rasa Pahit dan Asam

Menurut studi, anak-anak memiliki sensitivitas lebih terhadap rasa pahit dan asam.
Menurut studi, anak-anak memiliki sensitivitas lebih terhadap rasa pahit dan asam. (Freepik)

Studi baru yang dipublikasikan dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry (22/09/2021) ini menemukan, anak-anak memiliki sensitivitas lebih terhadap rasa pahit dan asam.

Anak-anak yang air liurnya menghasilkan senyawa turunan SMCSO paling bau akan menunjukkan ketidaksukaan paling kuat terhadap sayuran Brassica dibandingkan dengan orang dewasa dan teman sebayanya.   

Lebih khusus lagi, anak-anak tampaknya sensitif terhadap senyawa bau yang disebut dimethyl trisulfide (DMTS), produk sampingan dari pemecahan SMCSO. DMTS baik-baik saja dalam dosis kecil, tetapi jika dominan, baunya seperti belerang busuk.

Studi baru ini melibatkan 98 pasang orangtua dan anak-anak berusia 6—8 tahun. Setelah mengambil sampel air liur setiap peserta, para ilmuwan mengaduk air liur tersebut ke dalam bubuk kembang kol mentah yang telah mereka buat di laboratorium.

Mereka mengukur senyawa bau yang berasal dari SMCSO yang dilepaskan oleh bubuk sayuran tersebut. Mereka menemukan—seperti dalam studi sebelumnya—air liur setiap peserta menghasilkan bau belerang yang berbeda-beda.  

Dalam analisis terpisah, penulis studi menemukan, brokoli mengeluarkan bau tak sedap yang sama, tetapi kembang kol mengeluarkan bau tak sedap dalam konsentrasi yang sedikit lebih tinggi. 

Menariknya, tingkat produksi bau busuk serupa antara air liur orangtua dan anak-anak mereka. Temuan ini mengisyaratkan, orangtua dan anak-anak kemungkinan membawa bakteri serupa di mulut mereka, yang akan menyebabkan mereka memproduksi enzim sistein liase dalam kadar yang sama.

Namun, karena tim peneliti tidak mengukur komposisi mikrobiologis air liur, maka mereka tidak dapat memastikan seberapa dekat orangtua dan anak-anak saling cocok atau mikroba spesifik mana yang bertanggung jawab atas bau busuk tersebut.

 

Pantang Menyerah, Terus Dorong Si Kecil Mengonsumsi Sayuran

Tetaplah mendorong si kecil untuk mengonsumsi sayuran, baik itu brokoli maupun jenis sayuran lainnya.
Tetaplah mendorong si kecil untuk mengonsumsi sayuran, baik itu brokoli maupun jenis sayuran lainnya. (Freepik)

Meskipun air liur orang dewasa dan anak-anak menghasilkan senyawa bau saat terkena kembang kol, bau-bau ini tidak memengaruhi orang dewasa untuk menyukai atau tidak menyukai sayuran tersebut. Sebaliknya, anak-anak yang air liurnya menghasilkan konsentrasi bau yang tinggi melaporkan paling membenci kembang kol.

Hal ini menunjukkan, seiring berjalannya waktu, orang dewasa mulai menoleransi rasa sayuran silangan, menurut penulis penelitian. 

Jadi?

Tetaplah mendorong si kecil untuk mengonsumsi sayuran, baik itu brokoli maupun jenis sayuran lainnya. Jangan lupa, kebiasaan makan si kecil saat ini akan menentukan kebiasaan makannya di masa mendatang. Jika sejak sekarang sudah dibiasakan makan sehat, maka kebiasaan itu akan terbentuk seumur hidup.

Banyak cara yang dapat Mama-Papa lakukan untuk membuat si kecil menyukai sayur. Jika Mama-Papa memiliki kekhawatiran terhadap kebiasaan makan buah hati, Klinik MyKidz siap membantu. Dengan layanan komprehensif, harga yang kompetitif, serta tenaga medis yang ahli dan suportif, Klinik MyKidz memastikan pelayanan berkualitas prima untuk buah hati tercinta. (*)

 

 

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?