Ayah adalah The Real Superhero Anak

Dipublikasikan: Rabu, 12 November 2025

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Candra Widanarko

Editor: Candra Widanarko

MyKidz - Mom/Dad, di Hari Ayah ini, mari kita rayakan peran yang sering dianggap remeh, padahal dampaknya monumental bagi masa depan anak. Figur Ayah dalam keluarga bukan sekadar pencari nafkah; ia adalah agen stimulasi, anchor emosional, dan model peran gender yang tak tergantikan.

Penelitian menunjukkan bahwa kehadiran aktif Ayah tidak hanya meningkatkan kecerdasan (kognitif) anak, tetapi juga membangun ketahanan emosional (resiliensi) dan keterampilan sosial mereka.

Kenapa Peran Ayah Begitu Penting? 

Peran Ayah memberikan dimensi stimulasi yang berbeda dari Ibu. Perbedaan ini krusial bagi perkembangan anak:

  • Gaya Bermain yang Unik: Ayah cenderung memiliki gaya bermain yang lebih fisik, penuh kejutan, dan sedikit berisiko (seperti melempar ke udara atau roughhousing). Stimulasi fisik ini melatih anak dalam kontrol emosi, self-regulation, dan memahami batasan fisik (proprioception). Secara kognitif, ini membantu anak mengelola stres dan belajar bereaksi cepat.
  • Mengembangkan Resiliensi: Ayah cenderung mendorong anak untuk menghadapi tantangan (misalnya, "Coba sekali lagi, Nak!") dibandingkan segera membantu. Dorongan ini membangun kepercayaan diri, kemandirian, dan kemampuan anak untuk bangkit dari kegagalan.
  • Model Dunia Luar: Ayah seringkali menjadi jembatan pertama anak menuju dunia luar yang lebih luas, mengajarkan aturan sosial, negosiasi, dan pemecahan masalah yang bersifat analytical.

Peran Ayah Berdasarkan Jenis Kelamin Anak

Meskipun peran Ayah harus selalu penuh kasih sayang, interaksi dengan anak laki-laki dan perempuan memiliki fungsi psikologis yang spesifik:

Untuk Anak Laki-Laki (Membangun Identitas)

Ayah adalah model utama bagaimana seorang pria berinteraksi, mengelola emosi, dan bersikap terhadap orang lain.

  • Yang Dibutuhkan: Ayah mengajarkan kedewasaan emosional—bahwa menangis atau sedih itu wajar, tetapi harus diatasi dengan tanggung jawab. Ayah juga mengajarkan keterampilan sosial-maskulin yang sehat (sportivitas, kejujuran, dan leadership).
  • Hal yang Perlu Dilakukan: Melakukan kegiatan hands-on bersama (memperbaiki sesuatu, berolahraga) dan secara rutin mendiskusikan bagaimana menyelesaikan konflik secara non-agresif.

Untuk Anak Perempuan (Membangun Citra Diri)

Ayah adalah pria pertama yang mencintai anak perempuan tanpa syarat. Ini membentuk fondasi harga diri dan ekspektasi mereka terhadap hubungan di masa depan.

  • Yang Dibutuhkan: Ayah mengajarkan bahwa kecerdasan, kekuatan, dan ambisi anak perempuan sama pentingnya dengan penampilan. Hubungan yang kuat dengan Ayah meminimalkan risiko citra diri negatif di masa remaja.
  • Hal yang Perlu Dilakukan: Memberikan pujian yang spesifik ("Ayah bangga kamu pintar memecahkan masalah ini!"), mengajak anak perempuan melakukan kegiatan "maskulin" (misalnya memancing atau berkemah), dan mendengarkan kekhawatiran mereka tanpa menghakimi.

Tugas Harian Ayah yang Berdampak Besar

1. Mengantarkan Tidur: Momen Emas Koneksi Emosional 

Mengantarkan anak tidur (bedtime routine) sering didominasi oleh Ibu, padahal ini adalah momen emas bagi Ayah untuk koneksi emosional.

Mengapa Penting?

  • Pengurangan Stres Anak: Transisi dari bermain ke tidur sering memicu kecemasan. Suara Ayah yang rendah dan stabil memberikan rasa aman yang mendalam.
  • Momen Intim dan Tenang: Rutinitas ini adalah kesempatan bagi anak untuk berbagi rahasia, kekhawatiran, atau kesenangan hari itu tanpa gangguan. Ini membangun kepercayaan dan kedekatan emosional.
  • Mengajarkan Calm Down: Ayah dapat menjadi model dalam mengajarkan anak bagaimana menenangkan diri (self-soothe) sebelum tidur, keterampilan yang penting bagi pengaturan emosi.

Apa yang Perlu Dilakukan Ayah Saat Bedtime?

  • Membacakan Dongeng: Membaca dengan intonasi berbeda menstimulasi kemampuan bahasa dan imajinasi anak.
  • "Ngobrol Bintang": Ajak anak berbicara tentang tiga hal yang paling ia syukuri atau yang paling menyenangkan hari ini. Ini mengakhiri hari dengan pikiran positif.
  • Pelukan Terakhir (Final Hug): Pelukan dan ciuman yang tulus memberikan safe feeling yang dibawa anak hingga mereka tertidur nyenyak.

2. 15 Menit One-on-One

Luangkan minimal 15 menit sehari, fokus penuh tanpa gadget, hanya dengan satu anak. Biarkan anak yang menentukan aktivitasnya (child-led play).

3. Validasi Perasaan

Saat anak marah atau sedih, akui perasaannya ("Ayah lihat kamu sedih karena balonnya pecah, itu memang menyebalkan."). Ini mengajarkan kecerdasan emosional.

4. Kata-kata Penting yang Harus Dikatakan Ayah:
"Ayah bangga sama usahamu." (Fokus pada proses, bukan hasil.) "Tidak apa-apa kalau gagal/salah, kita coba lagi." (Membangun resiliensi.) "Ayah di sini untuk kamu." (Memberikan rasa aman.)

Di Hari Ayah ini, mari kita dorong para Ayah di Indonesia untuk mengambil peran aktif, karena sentuhan, perhatian, dan kata-kata mereka adalah vitamin terpenting bagi tumbuh kembang optimal anak.

Selamat Hari Ayah!

MyKidz, Sahabat Tumbuh Kembang Anak.

Foto: RDNE Stock Project/Pexels.com

Referensi:

• Lamb, M. E. (2010). The role of the father in child development. John Wiley & Sons.

• Pruett, K. D. (2000). Fatherneed: Why fathercare is as essential as mothercare for your child. The Free Press.

• Gross, S. E., & Wirth, D. (2018). The impact of father involvement on children’s social and cognitive development. Journal of Family Theory & Review.

 

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?