5 Cara Berkomunikasi yang Bikin Anak Merasa Aman dan Nyaman
Dipublikasikan: Rabu, 30 April 2025
Waktu membaca: 3 menit
Klinik MyKidz – Komunikasi yang efektif berperan penting dalam mendukung tumbuh kembang anak yang optimal. Interaksi positif akan mempererat ikatan emosional antara orangtua-anak, serta membantu anak merasa didengar, dipahami, dan dihargai.
Ada 5 cara berkomunikasi yang bisa Mama-Papa terapkan dalam berinteraksi dengan buah hati yang membuat mereka merasa aman dan nyaman.
1 | Jadilah pendengar aktif.
Saat berbincang dengan si Kecil, cobalah mendengarkan sungguh-sungguh apa yang ingin disampaikannya. Jangan hanya mendengarkan sambil lalu, apalagi sambil asyik dengan gadget atau terlalu sibuk dengan pekerjaan.
Mendengar aktif dilakukan dengan penuh kesadaran untuk memahami informasi sehingga bisa merespons secara tepat.
Sering kali anak kesulitan menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya. Hal ini dapat terjadi bila anak memiliki hambatan yang bersifat fisik maupun psikologis.
Hambatan fisik dalam berkomunikasi bisa berupa keterbatasan kosakata, pengucapan yang tidak jelas atau kesulitan merangkai kalimat.
Hambatan yang bersifat psikologis bisa terjadi karena rasa takut atau trauma. Mungkin tanpa disadari, anak menyimpan trauma karena pernah dimarahi atau diejek saat menyampaikan sesuatu.
Mama-Papa perlu peka menangkap pola komunikasi buah hati. Terlebih bila Mama-Papa mengidentifikasi si Kecil memiliki hambatan dalam berkomunikasi dan membutuhkan penanganan yang lebih serius, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan ahlinya.
2 | Pahami POV anak.
Orangtua sering kali berharap terlalu tinggi pada anak dan memaksakan perspektifnya pada mereka.
Contohnya, ketika anak main gadget terus dan orangtua menyuruhnya berhenti main dengan alasan kompleks yang sulit dipahaminya., “Kamu main terus, kalau gede nanti jadi apa?” Hmm ... mana aku tau, Mam!
Cobalah untuk melihat persoalan dari kacamata anak. Semua orangtua pernah mengalami masa kanak-kanak, sehingga lebih mudah memahami point of view (POV) mereka, sementara anak belum punya pengalaman tentang menjadi dewasa.
Memaksakan anak memahami POV orangtua, analoginya seperti memaksakan buah matang sebelum waktunya. Cobalah untuk melihat dunia dari sudut pandang anak, meski ada hal-hal yang mungkin tidak bisa sepenuhnya Mama-Papa terima.
Dr. Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan anak mengatakan, tujuan utama pendidikan adalah menciptakan orang yang mampu melakukan hal-hal baru, bukan sekadar mengulang apa yang telah dilakukan generasi terdahulu.
Dalam konteks komunikasi, orangtua perlu terbuka terhadap ide dan pemikiran anak, memberikan mereka ruang untuk berekspresi tanpa rasa takut dimarahi.
3 | Validasi emosi.

Ajari anak untuk mengenali beragam emosi. Misalnya, saat ia merasa sedih, senang, kesal, atau marah. Latih anak untuk mengekspresikan emosinya dengan cara yang baik secara verbal maupun nonverbal.
Cara belajar anak yang paling efektif adalah dengan meniru dari orang-orang terdekatnya. Jadi, Mama-Papa perlu mengekpresikan emosi Mama-Papa kepadanya. Misalnya, dengan memuji, memeluk, atau mengelus kepalanya penuh sayang.
Mama-Papa juga boleh protes bila ada hal yang enggak berkenan di hati. Boleh marah, tapi bukan marah-marah. Chill aja!
4 | Sampaikan dengan jelas.
Inti berkomunikasi adalah bertukar pesan. Bicaralah dengan jelas dan sederhana, sesuai fase perkembangan anak.
Menurut teori komunikasi, jika pesan yang disampaikan pengirim pesan tidak dipahami dengan baik oleh si penerima pesan, berarti ada gangguan atau noise dalam prosesnya.
Misalnya, istilah yang Mama-Papa pakai sulit dipahami. Atau sebaliknya, Mama-Papa kurang update dengan bahasa Gen Z. Generation Gap ini sering kali menghambat kelancaran komunikasi.
Jangan segan-segan update, ya, Ma-Pa, supaya komunikasi dengan si Kecil bisa lebih nyambung.
5 | Stop menghakimi.
“Tuh, kan, Mama bilang juga apa. Coba kalau Adek dengerin kata-kata Mama, pasti enggak jatuh. Sakit, kan, sekarang!”
Merasa familier dengan kalimat di atas? Yup! Tanpa disadari, sebagai orangtua, kita sering menghakimi. Kita merasa puas bila apa yang kita sampaikan terbukti benar. Kita kadang lupa bahwa tugas sebagai orangtua adalah menciptakan ruang yang aman untuk berkomunikasi.
Anak-anak akan lebih terbuka untuk berbagi jika mereka merasa aman dan nyaman. Sikap menghakimi, mengkritik dalam berkomunikasi dengan anak sering kali lebih berdampak merusak daripada memperbaiki.
Jadi, ketimbang menghakimi dan memuaskan ego pribadi untuk merasa benar, lebih baik ajari buah hati untuk menerima konsekuensi atas sebuah tindakan, sambil tetap memberikan dukungan yang mereka perlukan.
Komunikasi adalah jembatan kasih antara orangtua dan anak. Jika Mama-Papa mengalami kesulitan berkomunikasi dengan buah hati terkasih, Klinik MyKidz siap membantu membangun jembatan kasih itu lebih kuat. Bersama Klinik MyKidz, Mama-Papa dapat memulai perjalanan komunikasi yang lebih baik dengan buah hati tercinta. (*)