Waspadai Konsumsi Gula pada Anak: Tips Mengurangi Asupan Gula Tambahan
Dipublikasikan: Jumat, 4 Oktober 2024
Waktu membaca: 3 menit
KlinikMyKidz – Tahukah Mama, kasus diabetes pada anak melonjak drastis sampai 70 kali lipat? Melansir Kompas.id, kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat per Januari 2023. Jumlah tersebut dibandingkan dengan jumlah diabetes anak pada tahun 2000 dan 2010 yang peningkatannya tipis, dari 0,004 per 100.000 jiwa menjadi 0,028 per 100.000 jiwa. Namun, 12 tahun berikutnya melonjak tajam menjadi 2 per 100.000 anak.
Faktor gaya hidup ikut menyumbang tingginya lonjakan angka diabetes pada anak. Salah satunya, pola makan, dan asupan gula yang tinggi turut meningkatkan risiko penyakit yang dipicu oleh kenaikan kadar gula darah ini. Bukan cuma itu. Anak-anak yang mengonsumsi gula berlebihan juga berisiko mengalami karies gigi, risiko obesitas dan penyakit jantung, bahkan juga sudah ditemukan risiko peningkatan kadar kolesterol dalam darah.
Menurut AAP (American Academy of Pediatrics), anak-anak yang mengonsumsi lebih dari 10 persen kalori harian mereka dari gula tambahan, cenderung memiliki kadar kolesterol abnormal—termasuk kolesterol LDL "jahat" yang lebih tinggi, trigliserida yang lebih tinggi, dan kolesterol HDL “baik” (melindungi jantung) yang lebih rendah.
Itulah mengapa, penting bagi orangtua untuk mewaspadai konsumsi gula pada anak-anaknya.
Gula Alami dan Gula Tambahan
Ada dua jenis gula, yaitu gula alami dan gula tambahan.
- Gula alami adalah gula yang memang alami terdapat dalam makanan, seperti buah-buahan, sayur, dan susu.
- Gula tambahan merupakan gula yang ditambahkan ke dalam makanan atau minuman sebagai pemanis. Misalnya, sirop, madu, atau concentrated juice.
Banyak makanan atau minuman yang ditambahkan gula dan sirop saat diolah atau disiapkan. Gula tambahan memiliki banyak nama berbeda, seperti gula merah (brown sugar), pemanis jagung, sirop jagung, dekstrosa, fruktosa, glukosa, sirop jagung fruktosa tinggi, madu, malt syrup, maltosa, molase, gula mentah, dan sukrosa.
Apakah Gula Sungguh-Sungguh Buruk Bagi Anak?
Sebenarnya, gula memiliki manfaat bagi tubuh, yaitu sebagai sumber energi utama dan metabolisme tubuh. Tentunya jika gula dikonsumsi tidak berlebihan alias sesuai dengan rekomendasi harian. Jadi, Mama harus memperhatikan betul rekomendasi harian gula pada anak, terutama gula tambahan.
AAP merekomendasikan gula tambahan per hari berdasarkan usia anak, yaitu:
- Usia 2—4 tahun = kurang dari 15 gram.
- Usia 4—7 tahun = kurang dari 20 gram.
- Usia 7—10 tahun = kurang dari 24 gram.
- Usia lebih dari 10 tahun = kurang dari 30 gram.
Bagaimana dengan penambahan gula pada MPASI anak usia di bawah 2 tahun? Rekomendasinya adalah di bawah 2,5 gram per hari untuk anak usia 6—9 bulan dan di bawah 4 gram per hari untuk anak usia 9—12 bulan.
Tips Mengurangi Asupan Gula Tambahan
Menurut AAP, rata-rata gula menyumbang 17 persen dari apa yang dikonsumsi anak-anak setiap hari. Itu jumlah gula yang sangat banyak dan setengahnya berasal dari minuman yang diberi tambahan gula!
Untuk mengurangi asupan gula tambahan, AAP memberikan beberapa tips berikut:
1. Bacalah label informasi nutrisi dengan saksama.
Banyak makanan mencantumkan gula tambahan secara terpisah. Mama dapat menemukan gula tambahan dengan membaca bahan-bahannya. Batasi asupan gula pada si kecil sesuai dengan rekomendasi harian berdasarkan usia anak. Hindari menyajikan makanan dan minuman dengan gula tambahan untuk anak-anak usia di bawah 2 tahun.
2. Sajikan air dan susu.
Hindari soda, minuman olahraga, teh manis, kopi manis, dan minuman buah. Susu mengandung gula alami (laktosa) dan menyediakan kalsium, protein, vitamin D, serta nutrisi lain yang dibutuhkan anak-anak. Air putih adalah minuman terbaik untuk anak tetap terhidrasi, yaitu terpenuhinya kebutuhan cairan tubuh.
3. Batasi konsumsi jus buah 100%.
Jus buah mengandung lebih banyak gula per sajian daripada buah utuh. Untuk konsumsi jus buah 100%, rekomendasi hariannya adalah:
- Usia 1—3 tahun = tidak lebih dari 4 ons.
- Usia 4—6 tahun = tidak lebih dari 4—6 ons.
- Usia 7—14 tahun = tidak lebih dari 8 ons.
Penting diperhatikan, jangan berikan jus buah kepada bayi usia di bawah 1 tahun!
4. Konsumsi makanan segar, batasi makanan dan minuman olahan yang dikemas sebelumnya.
Gula sering ditambahkan ke dalam makanan dan minuman tersebut saat sedang dibuat atau disajikan di meja makan. Misalnya, ada sumber gula tambahan tersembunyi dalam makanan olahan, seperti saus tomat, cranberry kering, saus salad, dan kacang panggang.
5. Puaskan selera manis anak dengan buah utuh.
Melansir dari HealthXchange.sg, buah-buahan mengandung banyak vitamin, mineral, dan serat. Anak-anak harus didorong untuk mengonsumsi berbagai macam buah—ada banyak warna yang dapat dipilih—yang kaya akan sumber antioksidan.
Kandungan vitamin, mineral, serat, dan antioksidan yang ditemukan dalam buah-buahan memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat.
- Meningkatkan kesehatan yang baik dan melindungi dari penyakit, baik sekarang maupun di masa mendatang.
- Memperkuat sistem kekebalan tubuh anak dan membantu melawan penyakit. Ada bukti kuat yang menunjukkan, nutrisi dalam buah-buahan (dan sayuran) dapat mencegah penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskular.
- Kandungan seratnya yang tinggi dapat membantu berfungsinya sistem pencernaan dan mencegah sembelit.
Sebagai orangtua, kita memang harus lebih cerdas dan bijak dalam memilih makanan untuk si kecil, ya, Ma. Jangan ragu untuk mengonsultasikan buah hati Mama-Papa ke dokter spesialis anak di Klinik MyKidz. (*)
Konsultan Ahli: dr. Ernie Yantho, SpA, CBS
Sumber:
- Kompas.id (07/02/2023)
- HealthyChildren.org (14/08/2024)
- HealthXchange.sg