Vitamin D dan Zat Besi: Panglima Fokus Belajar Anak
Dipublikasikan: Selasa, 16 Desember 2025
Waktu membaca: 3 menit
MyKidz - Ketika anak terlihat lesu, mudah sakit, dan sulit berkonsentrasi di sekolah, respons pertama kita mungkin menyalahkan gadget atau kurangnya stimulasi. Padahal, bisa jadi biang keladinya adalah kekurangan nutrisi sederhana yang luput dari perhatian.
Di Klinik Tumbuh Kembang MyKidz, kami sering menemukan bahwa dua defisiensi gizi yang paling umum, zat besi dan vitamin D, adalah pelaku utama di balik masalah energi, mood, dan fokus belajar anak. Kekurangan nutrisi ini adalah "musuh tersembunyi" yang diam-diam menggerogoti potensi kognitif si Kecil.
Zat Besi (Iron) – Bensin Utama Otak
Zat besi sangat vital karena ia adalah komponen utama hemoglobin dalam sel darah merah. Hemoglobin berfungsi sebagai "taksi" yang mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, termasuk ke otak.
Dampak Langsung pada Fokus Belajar
- Energi Rendah (Anemia): Kekurangan zat besi menyebabkan Anemia. Jika tubuh kekurangan zat besi, suplai oksigen ke otot dan otak berkurang. Anak merasa cepat lelah, lesu, dan tidak bertenaga, sehingga sulit aktif dan cepat menyerah saat belajar.
- Fungsi Kognitif: Zat besi juga diperlukan untuk produksi neurotransmitter di otak (zat kimia yang mengatur suasana hati dan perhatian). Defisiensi zat besi dapat menurunkan kapasitas memori, konsentrasi, dan kecepatan berpikir anak.
Tanda-tanda Defisiensi Zat Besi
- Pucat: Terlihat pucat pada kulit, bibir, atau kelopak mata bagian bawah (jika ditarik).
- Kelelahan Kronis: Tampak lemas meski sudah tidur cukup.
- Pica (Keinginan Makan Non-Makanan): Dalam kasus parah, anak mungkin ingin memakan es batu, tanah liat, atau benda lain yang tidak bergizi.
Sumber Zat Besi Terbaik
- Heme Iron (Mudah Diserap): Daging merah (hati sapi/ayam sangat tinggi), ikan, dan unggas.
- Non-Heme Iron: Sayuran hijau gelap (bayam, kale), kacang-kacangan, dan sereal yang difortifikasi. (Serapannya lebih baik jika dikonsumsi bersama Vitamin C).
Vitamin D – Hormon Pengatur Mood dan Imunitas
Meskipun sering dikenal untuk kesehatan tulang, vitamin D sebenarnya bertindak seperti hormon yang memengaruhi hampir setiap sistem dalam tubuh, termasuk sistem saraf dan kekebalan.
Dampak Langsung pada Fokus Belajar
- Mood dan Emosi: Reseptor Vitamin D ditemukan di bagian otak yang mengatur mood dan perilaku. Kekurangan Vitamin D dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi, kecemasan, dan mudah marah, yang jelas mengganggu kemampuan anak untuk fokus.
- Imunitas dan Kehadiran di Sekolah: Vitamin D adalah penguat sistem kekebalan. Anak yang kekurangan Vitamin D akan lebih sering sakit (flu, batuk, infeksi), yang menyebabkan mereka sering absen dari sekolah, sehingga proses belajarnya terpotong-potong.
Tanda-tanda Defisiensi Vitamin D
- Sering Sakit: Anak mudah tertular infeksi pernapasan.
- Nyeri Otot/Tulang: Anak mengeluh pegal atau sakit di kaki, terutama setelah aktif.
- Tidur Terganggu: Beberapa penelitian menunjukkan adanya kaitan antara kekurangan Vitamin D dan kualitas tidur yang buruk.
Sumber Vitamin D Terbaik
- Sinar Matahari: Paparan sinar matahari pagi (sebelum jam 10 pagi) atau sore hari (setelah jam 4 sore) selama 10–15 menit tanpa tabir surya.
- Makanan: Ikan berlemak (salmon, tuna), kuning telur, dan susu/sereal yang difortifikasi.
Aksi Cepat Orang Tua
Jika kita mencurigai anak mengalami gejala di atas, jangan langsung memberikan suplemen tanpa dasar.
- Konsultasi & Tes Darah: Segera konsultasikan dengan Dokter Spesialis Anak. Hanya tes darah yang dapat memastikan status zat besi (Feritin) dan vitamin D (25-OH D) anak.
- Suplemen Terarah: Jika terbukti kurang, dokter akan meresepkan suplemen dengan dosis yang tepat (terutama dosis zat besi harus diawasi ketat).
- Diet Seimbang: Prioritaskan asupan makanan yang kaya zat besi dan vitamin D secara konsisten dalam menu harian anak.
Dengan memastikan dua nutrisi kunci ini terpenuhi, kita sedang membangun fondasi fisik dan kognitif yang kuat, memastikan si Kecil memiliki energi, mood, dan fokus yang optimal untuk meraih potensi penuh mereka!
MyKidz, Sahabat Tumbuh Kembang Anak.
Foto:Pixabay/Pexels.com
Referensi:
• Lozoff, B. (2011). Iron deficiency and the developing world. The British Journal of Nutrition, 105(Suppl 2), S17-S24.
• Black, M. M. (2003). Micronutrient deficiencies and cognitive functioning. The Journal of Nutrition, 133(11 Suppl 2), 3927S-3931S.
• Pludowski, P., et al. (2013). Vitamin D and bone health in children. Osteoporosis International, 24(5), 1599-1607.
• Ganji, V., et al. (2018). Low serum 25-hydroxyvitamin D concentrations are associated with depression in children and adolescents. European Journal of Nutrition, 57(3), 1145-1155.