Anak Bilingual Sejak Dini: Mitos, Fakta, dan Jurus

Dipublikasikan: Senin, 15 Desember 2025

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Candra Widanarko

Editor: Candra Widanarko

MyKidz - Di tengah era globalisasi, kemampuan bilingual (dwi-bahasa) adalah hadiah berharga. Namun, niat baik ini sering terhalang oleh kekhawatiran: "Nanti anak saya bingung," atau "Jangan-jangan dia jadi terlambat bicara!"

Di Klinik Tumbuh Kembang MyKidz, kami ingin meyakinkan Anda: Menjadi bilingual itu adalah keuntungan besar, bukan hambatan! Keuntungan neurologisnya jauh melampaui kemampuan berbicara. Yuk, kita bongkar mitos dan pelajari cara yang tepat untuk menstimulasi dua bahasa dengan sukses.

Fakta: Keuntungan Neurologis Menjadi Bilingual

Menjadi bilingual sejak dini (sebelum usia 5 tahun) adalah latihan gym terbaik untuk otak anak, yang memberikan manfaat kognitif jangka panjang:

  • Peningkatan Executive Function: Otak anak bilingual harus terus-menerus memilih bahasa mana yang akan digunakan dan menekan bahasa yang tidak relevan. Latihan mental ini secara signifikan meningkatkan fungsi eksekutif mereka, yaitu kemampuan untuk berpikir fleksibel, fokus (konsentrasi), dan memecahkan masalah.
  • Fleksibilitas Kognitif: Anak bilingual lebih mudah beralih dari satu tugas ke tugas lain (multitasking) dan cenderung memiliki pemikiran yang lebih kreatif karena mereka memiliki dua kerangka bahasa untuk memproses pemikirannya.
  • Melindungi Otak di Masa Tua: Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa bilingual memiliki risiko lebih rendah atau lebih lambat terkena demensia dan Alzheimer.

Membongkar Mitos Terbesar: Keterlambatan Bicara

Mitos: Anak bilingual pasti terlambat bicara (Speech Delay).

  • Fakta: Tidak benar. Penelitian telah membuktikan bahwa anak bilingual tidak lebih mungkin mengalami speech delay daripada anak monolingual (satu bahasa).
  • Yang Terjadi Sebenarnya: Anak bilingual mungkin memiliki vocabulary (jumlah kata yang mereka kuasai) yang dibagi rata di antara dua bahasa. Jika kita menghitung total kata yang mereka kuasai dari Bahasa A dan Bahasa B, jumlahnya akan sama, atau bahkan lebih banyak, daripada anak monolingual seusia mereka.
  • Siklus Code Switching: Normal jika anak mencampur dua bahasa dalam satu kalimat ("Aku mau drink air!"). Ini bukan tanda kebingungan, melainkan bukti bahwa mereka sedang mengolah bahasa dan mengambil kata yang paling mudah diakses di otaknya saat itu.

Strategi Stimulasi Dua Bahasa Tanpa Kebingungan

Kunci sukses bilingualism adalah konsistensi dan pemilahan yang jelas.

Metode Andalan: One Parent One Language (OPOL)

Metode ini paling dianjurkan di Klinik MyKidz karena memberikan pemilahan yang jelas bagi otak anak:

  • Ayah = Bahasa A (Misalnya, Bahasa Indonesia)
  • Ibu = Bahasa B (Misalnya, Bahasa Inggris)

Setiap orang tua harus konsisten menggunakan bahasa yang ditetapkan kapan pun mereka berinteraksi dengan anak. Konsistensi ini membantu anak membangun dua sistem bahasa yang terpisah dan kuat di dalam otaknya.

Tips Konsisten Lainnya:

  • Tempat = Bahasa: Tetapkan satu tempat yang didominasi oleh satu bahasa (misalnya, di rumah menggunakan Bahasa Indonesia, di sekolah atau saat sesi playdate menggunakan Bahasa Inggris).
  • Waktu = Bahasa: Tetapkan waktu tertentu. Contoh: Pagi hari hingga makan siang menggunakan Bahasa Indonesia, sore hari hingga tidur menggunakan Bahasa Inggris.
  • Paparan Berkualitas: Kuantitas tidak selalu lebih baik daripada kualitas. Pastikan paparan bahasanya interaktif, bukan hanya pasif dari TV atau gadget.

Kapan Harus Khawatir dan Konsultasi?

Meskipun speech delay pada anak bilingual adalah mitos, keterlambatan bicara (dalam kedua bahasa) tetap bisa terjadi karena faktor lain. Anda perlu konsultasi jika:

  • Anak usia 2 tahun belum bisa mengucapkan minimal 50 kata (total dari kedua bahasa).
  • Anak usia 3 tahun belum mampu membuat kalimat sederhana (3 kata) dalam salah satu bahasa yang kuat.
  • Anak tidak menunjukkan peningkatan vocabulary atau interaksi sosial.

Jika ada kekhawatiran, segera konsultasikan ke Dokter Spesialis Anak atau Terapis Wicara. Mereka akan menilai apakah keterlambatan tersebut disebabkan oleh stimulasi yang kurang atau adanya kondisi perkembangan lain yang memerlukan intervensi.

Menjadi orang tua bilingual adalah perjalanan yang mengagumkan. Berikan input yang kaya dan konsisten, sisanya biarkan otak anak yang luar biasa bekerja!

MyKidz, Sahabat Tumbuh Kembang Anak.

Foto: Mike Murray/Pexels.com

Referensi:

• Bialystok, E. (2017). The bilingual adaptation: Mechanisms and outcomes. Current Directions in Psychological Science, 26(2), 174-179.

• Genesee, F., et al. (2013). The home language environment of bilingual children: What is the impact of different forms of input on language development? Language Learning and Development, 9(3), 273-290.

• Nicoladis, E., & Genesee, F. (1998). Minimal mixing: A look at early bilingual development. International Journal of Bilingualism, 2(1), 1-21.

• American Academy of Pediatrics (AAP). (2018). Bilingualism in children: Separating fact from fiction. AAP.

 

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?