Bulan Kapsul Vitamin A: Mencegah Kebutaan, Meningkatkan Daya Tahan

Dipublikasikan: Jumat, 7 Februari 2025

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Julie

Editor: Julie

Klinik MyKidzBulan Kapsul Vitamin A dilaksanakan setiap tahun pada Februari dan Agustus sejak 1991. Tujuannya untuk menanggulangi kekurangan vitamin A (KVA) dengan cara memberikan suplementasi vitamin A kepada bayi dan balita serta ibu nifas. 

Awalnya, 1978, pemberian vitamin A dilakukan untuk mencegah kebutaan pada anak. Kala itu, sebanyak 1,33 persen balita di Indonesia rentan terkena xerophthalmia, gangguan penglihatan yang menyebabkan kornea menjadi keruh dan bisa berujung pada kebutaan.

Bekerja sama dengan Helen Keller International, Departemen Kesehatan RI  memberikan vitamin A dosis tinggi kepada anak usia 12—59 bulan. Hasilnya, prevalensi xerophthalmia menurun menjadi 0,34 persen pada 1992 (Survei Nasional Xerophthalmia).

Meskipun saat ini sudah jarang ditemukan kasus xerophthalmia di Indonesia, program pemberian vitamin A tetap dilakukan. Ini karena fungsi vitamin A bukan sekadar untuk kesehatan mata, tetapi juga penting bagi daya tahan tubuh. 

 

Apa itu vitamin A?

Vitamin adalah zat organik yang secara umum diklasifikasikan sebagai zat yang larut dalam lemak atau larut dalam air. Vitamin A termasuk zat yang larut dalam lemak.  

Vitamin A penting untuk penglihatan normal, sistem kekebalan tubuh, reproduksi, serta pertumbuhan dan perkembangan. Vitamin A juga membantu jantung, paru-paru, dan organ-organ lainnya bekerja dengan baik. 

Terkait manfaatnya untuk imunitas tubuh, vitamin A juga diberikan kepada ibu pascapersalinan sebanyak dua kali. Pemberian pertama dalam kurun waktu 24 jam setelah melahirkan dan pemberian kedua pada esok atau dua hari setelah pemberian pertama.

 

Bagaimana memperoleh vitamin A?

Vitamin A secara alami terdapat dalam banyak makanan. Vitamin A juga dapat diperoleh dari suplemen makanan.

Ada dua jenis vitamin A, yaitu retinoid dan karotenoid provitamin A.

Jenis retinoid banyak terdapat pada air susu ibu (ASI) dan produk hewani, seperti daging sapi, telur, hati ayam/sapi, dan lainnya.

Jenis karotenoid provitamin A ditemukan pada sayuran dan buah-buahan (biasanya berwarna oranye), serta produk nabati lainnya.

Karotenoid adalah pigmen yang memberi warna kuning, jingga, dan merah pada buah dan sayuran. Setelah dicerna, tubuh kita akan mengubah karotenoid provitamin A menjadi vitamin A.

 

Berapa banyak vitamin A yang dibutuhkan?

Jumlah vitamin A yang dibutuhkan bergantung pada usia dan jenis kelamin. Berikut ini AKG (angka kecukupan gizi) harian vitamin A pada bayi/anak:

  • Usia 0—5 bulan = 375 RE (sumbernya dari ASI eksklusif)
  • Usia 6—11 bulan dan 1—3 tahun = 400 RE
  • Usia 4—6 tahun = 450 RE
  • Usia 7—9 tahun = 500 RE

Dosis vitamin A pada Bulan Kapsul Vitamin A

  • Usia 6—11 bulan, dosisnya 100.000 unit internasional (IU)—kapsul warna biru.
  • Usia 12—59 bulan, dosisnya dua kali lipat (200.000 IU)—kapsul warna merah.

Jangan khawatir, si kecil tidak akan mengalami kelebihan vitamin A. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vitamin A dapat diberikan dengan aman kepada anak-anak dalam dosis besar, daripada dosis kecil yang lebih sering. Ini karena vitamin A dapat disimpan oleh tubuh dan dilepaskan seiring waktu sesuai kebutuhan.

WHO juga merekomendasikan pemberian vitamin A dosis tinggi dengan jarak 4—6 bulan. Indonesia memilih rentang waktu 6 bulan, yaitu pada Februari dan Agustus, dan biasanya dilakukan di pos pelayanan terpadu (Posyandu) atau pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas).

 

Dampak Kekurangan Vitamin A: Dari Kebutaan Hingga Kematian Dini

Masih segar dalam ingatan, kisah memilukan seorang anak kelas dua SD di Malaysia yang kehilangan penglihatannya secara permanen lantaran kekurangan vitamin A (KVA). 

Mengutip Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga (Penerbit Buku Kompas, November 2009), KVA tahap awal menyebabkan adaptasi yang lambat terhadap sinar, diikuti dengan buta senja, xeroftlamina, keratomalasia (luka pada kornea) dan kebutaan.

KVA juga berkontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang melambat serta meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat melemahnya sistem imun.

KVA dalam jangka panjang meningkatkan risiko terhadap penyakit pernapasan (seperti pneumonia) serta infeksi (seperti campak dan diare). 

KVA juga dapat menyebabkan anemia (sel darah merah tidak memasok cukup oksigen ke tubuh).

Pemberian suplemen vitamin A sebanyak dua dosis per tahun kepada anak usia 6 bulan—5 tahun terbukti dapat mengurangi dampak KVA tersebut.

  • Pengurangan risiko kematian secara keseluruhan sebesar 12—24 persen.
  • Penurunan kematian akibat diare sebesar 12 persen.
  • Kejadian diare berkurang 15%.
  • Insiden campak berkurang 50%.
  • Secara bertahap mengurangi kemungkinan terhambatnya tumbuh-kembang anak.

 

Waspadai Keracunan Vitamin A

Umumnya, kelebihan asupan vitamin A berasal dari suplemen atau obat-obatan tertentu.

Kelebihan vitamin A dapat menyebabkan keracunan. Pasalnya, vitamin A tergolong vitamin yang larut dalam lemak, sehingga tubuh tidak mengeluarkan kelebihannya, melainkan menyimpannya. 

Keracunan vitamin A bisa bersifat akut dan kronis.

# Keracunan vitamin A akut.

Terjadi ketika seseorang—biasanya anak-anak—secara tak sengaja menelan vitamin A dalam dosis besar.

Gejala umumnya meliputi:

  • Sakit kepala.
  • Ruam, yang dapat menyebabkan kulit yang terkena mengelupas di kemudian hari.
  • Kantuk.
  • Sifat lekas marah.
  • Sakit perut, mual dan muntah.
  • Gejala ini akan hilang seiring waktu

Meski gejalanya akan hilang seiring waktu, kita tetap perlu menghubungi dokter, terutama jika anak-anak yang mengalaminya.

# Keracunan vitamin A kronis.

Terjadi ketika seseorang mengonsumsi vitamin A dosis tinggi per hari dalam jangka waktu lama.

Gejalanya meliputi:

  • Sakit kepala parah dan tekanan di tengkorak.
  • Masalah rambut, seperti rambut jarang, kasar, dan alopecia pada alis.
  • Masalah kulit, seperti kulit kering, kasar, gatal (pruritus) dan bibir pecah-pecah.
  • Kelemahan dan kerentanan terhadap patah tulang.
  • Pembesaran hati atau limpa.

Anak-anak mungkin mengalami kehilangan nafsu makan (anoreksia), nyeri sendi (artralgia), dan pertumbuhan tulang yang berlebihan (hiperostosis kortikal). Keracunan vitamin A juga dapat menyebabkan "gagal tumbuh kembang"—pertumbuhan anak melambat atau berhenti.

Penting diperhatikan.

Vitamin A bersifat teratogenik,artinya dapat menyebabkan masalah perkembangan janin—cacat lahir pada bayi, termasuk kelainan pada mata, tengkorak, paru-paru, dan jantung.

Oleh karena itu, wanita hamil (atau yang mungkin hamil), tidak boleh mengonsumsi vitamin A dalam dosis berlebihan. (*)

 

 

 

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?