Batuk Rejan Sangat Berbahaya bagi Bayi, Berisiko Terkena Komplikasi Serius Hingga Mengancam Jiwa

Dipublikasikan: Jumat, 28 Februari 2025

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Julie

Editor: Julie

Klinik MyKidz – Salah satu komplikasi dari batuk rejan adalah pneumonia, yaitu infeksi saluran pernapasan akut pada paru-paru. Batuk rejan sangat berbahaya bagi bayi, berisiko terkena komplikasi serius dan bahkan meninggal. 

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka kejadian batuk rejan di Indonesia banyak yang tidak terdata. Lantaran itu, ketika WHO mendata sebelum 2022 hanya terdapat 4 per 100 ribu populasi di Indonesia yang mengalami batuk rejan.

Kementerian Kesehatan baru melakukan pemantauan khusus untuk mendapatkan angka kejadian pertusis pada 2022. Hasilnya, pada 2023 naik pesat 5,5 kali lipat dari 38 provinsi dengan 30 provinsi mengalami wabah.

Data tersebut juga mendapati pertusis atau batuk rejan diderita hampir 40 persen bayi di bawah satu tahun dan hampir 80 persennya tidak diimunisasi. (Antara, 23/8/2024). 

 

Apa itu batuk rejan atau pertusis yang sangat berbahaya bagi bayi?

Batuk rejan atau whooping cough, juga dikenal dengan nama pertusis, adalah infeksi pernapasan yang sangat menular. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.

Gejala batuk rejan bervariasi berdasarkan usia, kondisi medis, dan apakah anak telah mendapatkan vaksinasi. Tanda utamanya adalah batuk kuat diiringi suara tarikan napas tinggi yang khas dan berkepanjangan.

Batuk pertusis disebut juga "batuk 100 hari" karena dapat berlangsung selama berbulan-bulan. Terkadang, batuk muncul kembali saat terjadi infeksi pernapasan di kemudian hari.

Orang-orang dengan kondisi medis yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh atau pernapasan lebih berisiko terkena sakit parah akibat batuk rejan.

Bayi usia di bawah 1 tahun memiliki risiko paling tinggi terkena infeksi dan masalah serius akibat batuk rejan.

Sekitar 1 dari 3 bayi yang menderita batuk rejan memerlukan perawatan di rumah sakit. Semakin muda usia bayi, semakin besar kemungkinannya memerlukan perawatan di rumah sakit.

Bayi yang dirawat di rumah sakit dapat mengalami:

  • Apnea: 2 dari 3 (68 persen)
  • Pneumonia (infeksi paru-paru): 1 dari 5 (22%)
  • Kejang (gemetar hebat dan tak terkendali): 1 dari 50 (2%)
  • Ensefalopati (penyakit otak): 1 dari 150 (0,6%)

 

Batuk rejan dapat mengancam jiwa bayi di bawah usia 1 tahun. Satu dari 100 (1%) akan meninggal akibat komplikasinya.

 

Cara penularan dan penyebaran bakteri.

Batuk rejan sangat menular. Bakteri mudah menyebar dari orang ke orang melalui udara.

Ketika penderita batuk rejan bersin, batuk, atau tertawa, mereka melepaskan partikel kecil berisi bakteri. Orang lain dapat menghirup bakteri tersebut dan terinfeksi.

Bakteri dapat menyebar ketika orang menghabiskan banyak waktu bersama atau berbagi ruang bernapas.

Orang yang terinfeksi menularkan/menyebarkan bakteri pada tahap awal penyakit hingga 2—3 minggu setelah batuk dimulai.

Beberapa orang tidak menyadari telah terinfeksi pertusis lantaran mereka mengalami gejala ringan. Namun, mereka tetap dapat menularkan bakteri tersebut ke orang lain.

Banyak bayi yang menderita batuk rejan karena terinfeksi oleh kakak, orangtua, atau pengasuh yang tidak tahu bahwa mereka telah terinfeksi bakteri penyebab penyakit tersebut.

 

Vaksinasi memberikan perlindungan terhadap batuk rejan.

Vaksinasi DTP memberikan perlindungan terhadap batuk rejan.
Vaksinasi DTP memberikan perlindungan terhadap batuk rejan. (Freepik)

 

Cara terbaik untuk mencegah batuk rejan adalah mendapatkan vaksinasi pertusis, yang merupakan bagian dari vaksinasi DTP (Difteri-Tetanus-Pertusis). Vaksinasi juga melindungi dari gejala parah akibat batuk rejan.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI merekomendasikan pemberian vaksin DTPw atau DTPa mulai usia 6 minggu. DTPa dapat diberikan pada usia 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan.

Selanjutnya, booster pertama pada usia 18 bulan, booster berikutnya usia 5—7 tahun dan 10—18 tahun.

CDC merekomendasikan vaksinasi batuk rejan (pertusis) untuk semua orang, mulai bayi, anak-anak, praremaja dan remaja, hingga wanita hamil dan orang dewasa.

Orangtua, anggota keluarga, dan pengasuh yang akan melakukan kontak dekat dengan bayi harus mendapatkan suntikan vaksin tambahan. Hal ini akan menurunkan risiko penularan infeksi kepada bayi.

Ibu hamil agar mendapatkan vaksin pertusis antara minggu ke-27 hingga ke-36 setiap kehamilan, sebaiknya pada awal periode ini. Ini akan melindungi bayi dari batuk rejan—menurunkan risiko batuk rejan hingga 78% pada bayi usia di bawah 2 bulan.

Mendapatkan semua dosis vaksin dan vaksin penguat dapat membantu melindungi buah hati dan orang lain terhadap batuk rejan atau pertusis. (*)

 

Sumber:

  1. CDC
  2. HealthyChildren.org
  3. KidsHealth

 

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?