Hidup ini Gampang dan Asyik, Kalau Kita Mau!
Dipublikasikan: Selasa, 24 Juni 2025
Waktu membaca: 3 menit
MyKidz - Bayangkan begini: Pukul sepuluh malam. Lampu kamar sudah dimatikan, namun otak kita masih mengabsen apa saja yang harus dilakukan esok hari. Apa saja yang tak selesai hari ini. Lalu tiba-tiba kita terbangun karena teringat satu-dua hal yang belum dicatat. Pernah? Biasanya ini dialami oleh para ibu yang ingin memastikan segala urusan selesai dengan baik.
“Aku bisa kok sendiri.”
“Ini tanggung jawabku sebagai ibu.”
“Kalau bukan aku, siapa lagi yang mikirin semuanya?”
Ini kalimat standar para ibu. Kan? Karena banyak ibu percaya bahwa mereka bisa semua: mengurus anak dan suami, membereskan rumah, bekerja, juga persoalan keluarga besar, jadi pengurus di sekolah anak, dan masih banyak lagi. Tapi, benarkah kita harus melakukan semuanya sendirian? Pernahkah: tahu-tahu kita merasa lelah padahal lagi nggak ada apa-apa? Mudah naik darah untuk persoalan kecil? Nafsu makan mendadak menggila? Atau ngantuk tak berkesudahan? Itu pertanda mental kita perlu istirahat.
Istimewa Tak Harus Sempurna
Menjadi ibu memang istimewa, tapi bukan berarti harus sempurna. Keyakinan bahwa kita harus always on, siap grak setiap waktu, dan bisa semua hal sering kali justru jadi tekanan tersendiri.
Sebuah penelitian dari American Psychological Association (2020) menyebutkan bahwa banyak ibu mengalami tekanan internal untuk menjadi “ibu ideal” yang sempurna, dan hal ini berkaitan dengan peningkatan stres, depresi, dan burnout. Fenomena ini dikenal juga sebagai “Supermom Syndrome” (Rizzo et al., 2013).
Kita jadi mudah merasa bersalah saat lelah. Padahal, lelah itu wajar. Kita jadi cemas saat ingin punya waktu sendiri. Padahal, me-time bukan kemewahan—tapi kebutuhan.
Keseimbangan Bukan Egois, Tapi Perlu
Menjaga kesehatan mental bukan berarti mengabaikan anak atau suami. Justru saat mental ibu sehat, anak lebih nyaman dan keluarga lebih stabil.
Menurut Dr. Laura Markham, psikolog klinis dari Aha! Parenting, anak-anak belajar regulasi emosi dari orang tuanya. Artinya, saat kita menunjukkan bahwa kita tahu cara menjaga diri dan mengatur stres, mereka pun akan menirunya.
Penelitian dari Journal of Child and Family Studies (2015) juga menunjukkan bahwa kesehatan mental ibu berpengaruh langsung terhadap perkembangan emosional dan perilaku anak.
Tip Menjaga Keseimbangan Diri:
Kenali diri sendiri
Nggak apa-apa kok bilang “tidak.” Kita punya hak untuk lelah, istirahat, dan meminta bantuan.
Berbagi peran itu bukan kegagalan
Libatkan pasangan, anggota keluarga, atau pekerjakan asisten rumah tangga. Studi dari Pew Research Center (2015) menemukan bahwa ketika ayah lebih terlibat dalam urusan domestik dan pengasuhan, ibu merasa lebih puas secara emosional dan lebih sehat secara mental.
Jadwalkan waktu untuk diri sendiri
Me-time bisa menurunkan risiko kelelahan mental (maternal burnout), seperti yang dilaporkan dalam BMC Public Health (2022). Entah itu 10 menit minum teh atau ngopi tanpa gangguan, mendengarkan lagu favorit, baca buku, atau sekadar duduk diam, semua itu penting.
Kelola ekspektasi
Rumah tidak selalu harus rapi. Anak tidak selalu harus anteng. Kita tidak harus selalu tampil ceria. Wajar kalau kadang kacau. Hidup bukan iklan pembersih lantai yang semua orang tersenyum rumah harum senantiasa. Bukan. Keluarga kita adalah keluarga normal, bukan keluarga jadi-jadian.
Tetap ngumpul dengan teman
Dukungan sosial terbukti jadi pelindung kuat bagi kesehatan mental ibu. Penelitian dalam Social Science & Medicine (2011) menunjukkan bahwa ibu yang memiliki dukungan sosial memadai cenderung lebih resilien terhadap stres.
Saat Butuh Bantuan, Jangan Ragu Minta
Kalau kita mulai merasa terus-menerus lelah secara emosional, sering menangis, mudah marah, atau merasa tidak berharga sebagai ibu—itu tanda bahwa kiat perlu jeda. Dan nggak apa-apa banget.
Di Klinik Tumbuh Kembang MyKidz, kami percaya bahwa kesehatan mental ibu sama pentingnya dengan tumbuh kembang anak. Ibu yang bahagia dan sehat, akan mendidik anak yang kuat dan penuh kasih.
Referensi:
• American Psychological Association. (2020). Stress in America: A National Mental Health Crisis.
Rizzo, K. M., Schiffrin, H. H., & Liss, M. (2013). Insight into the parenthood paradox: Mental health outcomes of intensive mothering. Journal of Child and Family Studies, 22(5), 614–620.
• Markham, L. A. Aha! Parenting [https://www.ahaparenting.com]
• Nelson, S. K., Kushlev, K., Lyubomirsky, S. (2015). The Benefits of Parenting: An Investigation of the Associations Between Parental Status and Well-being. Journal of Child and Family Studies.
• Pew Research Center. (2015). Parenting in America: Outlook, worries, aspirations are strongly linked to financial situation.
• Grosse, L., Treml, J., Kersting, A., & Kroenke, K. (2022). Me-time for moms: Benefits and barriers. BMC Public Health.
• Thoits, P. A. (2011). Mechanisms Linking Social Ties and Support to Physical and Mental Health. Journal of Health and Social Behavior, 52(2), 145–161.