Dwifungsi Orang Tua: Kadang Nahkoda, Kadang Sahabat

Dipublikasikan: Minggu, 14 Desember 2025

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Candra Widanarko

Editor: Candra Widanarko

MyKidz - Seringkali kita terjebak dalam dilema: Sebaiknya saya bersikap tegas sebagai orang tua yang mengatur, atau bersikap santai sebagai teman yang memahami?

Kabar baiknya, kita tidak perlu memilih salah satu. Pengasuhan modern yang efektif menuntut kita untuk menjadi adaptif: mampu berganti peran sesuai kebutuhan anak pada tahapan usianya. Di Klinik Tumbuh Kembang MyKidz, kami melihat ada tiga peran kunci yang harus dikuasai oleh setiap orang tua untuk memastikan anak tumbuh seimbang secara emosional dan kognitif.

Peran Wajib #1: Orang Tua (The Anchor/Nahkoda)

Peran sebagai "orang tua" adalah fondasi dan paling krusial, terutama di usia dini. Ini adalah peran yang memberikan keamanan, struktur, dan batasan.

Kapan Peran Ini Dominan?

  • Usia Dini (Balita): Anak sangat membutuhkan batasan dan aturan yang konsisten (rutinitas tidur, aturan keselamatan).
  • Situasi Krisis: Saat anak marah besar (meltdown), membahayakan diri sendiri, atau ketika perlu mengambil keputusan besar (pindah sekolah, masalah kesehatan).

Fungsi Penting (Menurut Penelitian)

  1. Menyediakan Struktur & Konsistensi: Ini membangun rasa aman dan kemampuan self-regulation anak. Anak yang tahu batas dan konsekuensi cenderung lebih tenang dan jarang memberontak di masa depan.
  2. Model Nilai Moral: Orang tua adalah mentor moral pertama anak, mengajarkan empati, tanggung jawab, dan perbedaan antara benar dan salah.
  3. Pengatur Emosi (Co-regulation): Saat anak tantrum, orang tua berfungsi sebagai jangkar emosi, membantu menenangkan sistem saraf anak yang overload (melalui sentuhan, suara tenang, dan validasi).

Peran Wajib #2: Teman (The Confidante/Sahabat)

Peran sebagai "teman" berarti menjadi tempat yang aman bagi anak untuk curhat dan berbagi perasaan tanpa takut dihakimi.

Kapan Peran Ini Dominan?

  • Usia Remaja: Ketika anak mulai menjauh dari orang tua dan mencari identitas. Mereka lebih membutuhkan pendengar yang suportif daripada pemberi perintah.
  • Diskusi Ringan: Saat membahas masalah pertemanan, minat, atau ketertarikan (misalnya, curhat tentang gebetan atau drama di sekolah).

Fungsi Penting (Menurut Penelitian)

  1. Meningkatkan Komunikasi: Anak yang merasa orang tuanya adalah teman akan lebih terbuka untuk membahas isu serius (seperti bullying atau tekanan sebaya) daripada menyembunyikannya.
  2. Membangun Kepercayaan Diri: Hubungan pertemanan yang hangat meningkatkan harga diri anak karena mereka merasa diterima seutuhnya, termasuk kekurangan mereka.
  3. Latihan Social Skill: Orang tua menjadi teman yang melatih keterampilan sosial, mendengarkan, dan empati dalam konteks non-hierarki.

Peran Kunci #3: Fasilitator (The Guide/Pemandu)

Ini adalah peran yang sering terlewat, namun sangat ditekankan dalam psikologi perkembangan. Fasilitator adalah orang tua yang mendorong kemandirian, menyediakan sumber daya, dan mendukung minat anak tanpa mendikte.

Kapan Peran Ini Dominan?

  • Mengeksplorasi Minat: Saat anak ingin mencoba hobi baru, olahraga, atau mata pelajaran yang berbeda.
  • Proses Pemecahan Masalah: Ketika anak menghadapi kesulitan (misalnya PR yang sulit), Fasilitator tidak memberikan jawaban, tetapi memberikan alat atau pertanyaan yang membantu anak menemukan solusi sendiri.

Fungsi Penting (Menurut Penelitian)

  1. Membangun Self-Efficacy (Keyakinan Diri): Dengan membiarkan anak mencoba dan gagal dalam lingkungan yang aman, kita mengajarkan mereka bahwa mereka mampu menyelesaikan masalah (mastery experience).
  2. Mendorong Otonomi: Peran fasilitator mendukung prinsip Pengasuhan Otonomi (Autonomy Supportive Parenting), yang terbukti menghasilkan motivasi internal yang lebih kuat, bukan sekadar motivasi eksternal (hadiah/hukuman).
  3. Mengembangkan Growth Mindset: Saat anak gagal, Fasilitator fokus pada proses dan usaha ("Kamu sudah mencoba cara ini, mari kita pikirkan cara lain!") daripada bakat alami.

Orang tua yang paling efektif adalah mereka yang fleksibel: Menjadi nahkoda saat kapal oleng (emosi tidak terkontrol), menjadi sahabat saat kapal tenang (berbagi cerita), dan menjadi pemandu saat kapal siap berlayar sendiri (mendorong kemandirian).

MyKidz, Sahabat Tumbuh Kembang Anak.

Foto: Elina Fairytale/Pexels.com

Referensi:

• Baumrind, D. (1991). The influence of parenting style on adolescent competence and substance use. Journal of Early Adolescence, 11(1), 56-95.

• Grolnick, W. S. (2009). Deciding what to do when children are not compliant. Zero to Three, 30(2), 22-26.

• Steinberg, L. (2001). We know some things: Parent-adolescent relationships in retrospect and prospect. Journal of Research on Adolescence, 11(1), 1-19.

• Siegel, D. J., & Bryson, T. P. (2011). The Whole-Brain Child: 12 Revolutionary Strategies to Nurture Your Child's Developing Mind

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?