Anak Bohong Belum Tentu Bohong

Dipublikasikan: Kamis, 20 November 2025

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Candra Widanarko

Editor: Candra Widanarko

MyKidz - Mom/Dad, suatu hari kita melihat pecahan vas bunga di lantai. Ketika ditanya, si Kecil dengan mata polos menjawab: "Bukan aku! Kucing tadi yang lompat ke situ!" Respons pertama kita mungkin marah, padahal bagi anak, tindakannya adalah survival mechanism yang kompleks, terkait erat dengan perkembangan otaknya.

Kebohongan anak adalah jendela menuju perkembangan moral dan kognitif mereka. Penting bagi kita untuk membedakan: Apakah ini fase imajinasi normal, kesalahan memori, atau sinyal masalah yang lebih dalam?

Fase Normal: Bukan Berbohong, Tapi Sedang Belajar

Anak kecil tidak berbohong seperti orang dewasa. Tindakan "tidak jujur" pada usia dini seringkali didorong oleh perkembangan yang belum matang:

     Usia          Perilaku "Tidak Jujur"                         Penjelasan Psikologis
2–4 Tahun Imajinasi Liar (Fantasi): Mengaku bertemu dinosaurus atau melihat rumahnya terbang. Anak belum bisa membedakan antara fakta (reality) dan fantasi. Mereka sedang melatih imajinasi dan bahasa. Ini adalah tanda perkembangan kognitif yang sehat.
4-6 Tahun Kesalahan Memori (Confabulation): Dengan yakin menceritakan suatu kejadian yang tidak pernah terjadi (misalnya, “Aku sudah membereskan kamar!” padahal belum). Ini sering bukan niat jahat. Mereka kesulitan memisahkan memori aktual dengan keinginan mereka, atau memori yang mereka lihat di TV.
5-7 Tahun Berbohong untuk Menghindari Hukuman: Menyalahkan orang lain atau hewan peliharaan (kebohongan instrumental). Ini adalah tanda perkembangan moral dan kognitif. Anak sudah tahu konsekuensi dari perbuatannya, dan berbohong adalah cara untuk mengontrol situasi dan melindungi diri (theory of mind mulai bekerja).

Kapan Harus Khawatir? (Kebohongan Klinis)

Kebanyakan kebohongan kecil akan hilang seiring bertambahnya usia, terutama jika orang tua merespons dengan benar. Namun, orang tua perlu waspada jika perilaku berbohong menjadi kronis, manipulatif, atau merusak.

  • Kebohongan Kronis dan Konsisten: Anak berbohong hampir setiap hari, bahkan tentang hal-hal sepele, tanpa alasan yang jelas (misalnya, berbohong tentang menu makan malam).
  • Kebohongan Manipulatif: Anak berbohong untuk membuat orang lain dihukum atau untuk mendapatkan keuntungan yang signifikan dengan merugikan orang lain.
  • Terkait dengan Gangguan Perilaku: Kebohongan yang disertai dengan pola perilaku negatif lain seperti agresi, mencuri, atau sering melanggar aturan secara ekstrem.
  • Tidak Ada Rasa Bersalah: Anak tidak menunjukkan penyesalan atau rasa bersalah setelah berbohong, bahkan ketika kebohongannya terungkap.

Jika kita melihat pola ini, ini mungkin memerlukan asesmen lebih lanjut dengan Psikolog Anak atau Terapis Perilaku untuk menyingkirkan kemungkinan Gangguan Perilaku (Conduct Disorder) atau masalah kecemasan mendasar.

Mengajarkan Nilai, Bukan Menghukum Tindakan

Cara kita merespons saat anak tertangkap berbohong sangat menentukan apakah perilaku itu akan berlanjut atau berhenti.

Hindari Menghakimi dan Memojokkan

  • Jangan Tanya "Kenapa kamu bohong?": Pertanyaan ini memicu pertahanan diri dan rasa malu.
  • Fokus pada Fakta, Bukan Karakter: Alih-alih berkata "Kamu anak pembohong!", katakan "Mama tahu kamu tidak sengaja memecahkan vas, dan Ayah tahu kamu sedang takut. Yang penting sekarang kita selesaikan masalahnya."

Ajarkan Nilai Kejujuran dan Solusi

  1. Validasi Perasaan, Arahkan Tindakan: Akui ketakutan anak ("Wajar kalau kamu takut dimarahi,"), lalu jelaskan pentingnya kejujuran ("Tapi kalau jujur, kita bisa mencari solusinya bersama.").
  2. Jadikan Kejujuran Lebih Menguntungkan: Tetapkan aturan bahwa konsekuensi untuk kesalahan yang diakui secara jujur akan lebih ringan daripada konsekuensi jika berbohong. Kejujuran harus terasa lebih aman.
  3. Model Peran: Anak belajar dengan meniru. Pastikan Anda dan pasangan selalu berbicara jujur dan menepati janji di depan anak.

Mengatasi "kebohongan" pada anak adalah proses panjang mendidik hati nurani, bukan hanya menghukum kesalahan. Dengan kesabaran dan respons yang tepat, Anda sedang membimbing anak menuju kedewasaan moral dan emosional yang kuat.

MyKidz, Sahabat Tumbuh Kembang Anak.

Foto: Bendang Imchen/Pexels.com

Referensi:
• Piaget, J. (1932). The Moral Judgment of the Child. Free Press. (Mengenai tahapan moralitas anak).

• Lee, K. (2013). Little liars: The role of executive function in the development of deception. Child Development Perspectives, 7(2), 91-96. https://doi.org/10.1111/cdep.12022 

• Vrij, A. (2008). Detecting lies and deceit: Pitfalls and opportunities. John Wiley & Sons.

 

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?