9 Maret – Hari Musik Nasional: Tips Memperkenalkan Alat Musik pada Anak
Dipublikasikan: Minggu, 9 Maret 2025
Waktu membaca: 5 menit
Klinik MyKidz – Hari ini 9 Maret merupakan hari kelahiran WR Supratman, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Tanggal 9 Maret kemudian ditetapkan sebagai Hari Musik Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 10 Tahun 2013.
Siapa tak suka musik? Bahkan, si kecil yang masih bayi pun menyukai musik. Lihat saja reaksinya ketika Mama-Papa memperkenalkannya dengan mainan musik. Sepasang matanya akan berbinar, ia pun akan menggerak-gerakan tangan dan kakinya. Kelak, setelah dapat berdiri dan berjalan, si kecil akan menggoyang-goyangkan badannya setiap kali mendengar musik.
Paparan musik sejak dini, menurut penelitian neurosains, membantu menciptakan koneksi saraf dalam otak yang sedang berkembang. Musik juga meningkatkan kemampuan di area lain, termasuk:
- Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah.
- Meningkatkan keterampilan penalaran spasial dan temporal.
- Meningkatkan kemampuan berbahasa.
- Meningkatkan hasil dalam kemampuan matematika.
- Meningkatkan memori jangka pendek dan jangka panjang.
- Keterampilan sosial dan kesadaran sosial yang lebih besar.
- Meningkatkan kecerdasan kreatif dan mengembangkan fungsi otak logis.
- Meningkatkan kemampuan untuk berpikir, memahami, dan mengerti.
Bukan hanya mendengarkan musik, memainkan alat musik juga memiliki banyak manfaat.
Penelitian menunjukkan, bermain alat musik membantu meningkatkan keterampilan akademis dan sosial, meningkatkan disiplin dan harga diri.
Selain itu, memainkan musik dapat meredakan stres dan membantu menumbuhkan apresiasi seumur hidup terhadap musik.
Usia Tepat Mengenalkan Alat Musik
Mulai usia sekitar 5 tahun, Mama-Papa dapat mengenalkan alat musik kepada buah hati. Pada usia tersebut, anak sudah bisa duduk tenang dan memperhatikan selama setengah jam.
Anak-anak yang lebih besar juga lebih mampu memahami bahwa mereka tidak akan langsung bisa menciptakan musik.
Begitu masuk sekolah dasar, anak mulai mengembangkan selera musiknya sendiri, secara fisik sudah mampu memegang sebagian besar alat musik dengan nyaman, dan juga memiliki kekuatan jari yang dibutuhkan untuk memainkan alat musik.
Bagaimana jika perkenalannya pada usia sebelum 5 tahun?
Masih terlalu dini untuk memulai pelajaran formal. Justru bisa membuat si kecil tidak menyukai musik. Mengapa? Karena pada usia tersebut, anak mudah bosan dan frustrasi.
Lain halnya jika si kecil memang menunjukkan minat yang besar saat menonton saudaranya bermain piano atau secara rutin meminta gitar/drum, misalnya. Ini bisa pertanda si kecil sudah siap meski usianya belum 5 tahun.
Yang juga penting dipahami, setiap instrumen memiliki waktunya sendiri untuk mulai dipelajari oleh anak.
Suling (recorder) merupakan instrumen pertama yang bagus dan sering kali menjadi awal dari instrumen tiup lainnya, seperti seruling (flute) dan klarinet. Anak-anak dapat mulai memainkannya segera setelah jari-jari mereka dapat menutup lubang.
Instrumen tiup dan instrumen logam lainnya tidak boleh dicoba sebelum gigi permanen anak tumbuh. Jenis intrumen ini memberi tekanan pada gigi saat dimainkan dan dapat melukai gigi susu.
Anak dapat belajar piano segera setelah mereka dapat mencapai tuts dan memiliki kekuatan serta ketangkasan untuk menekannya.
Untuk biola, meskipun beberapa anak dapat memainkan alat musik gesek ini di usia muda, sebagian besar ahli sepakat untuk menunggu hingga sekitar usia 6 tahun.
Penting diperhatikan, rekomendasi ini untuk kesiapan umum. Setiap anak memiliki tingkat perkembangan dan minat yang berbeda, ada yang sedikit lebih cepat atau lambat.
Cara Memperkenalkan Alat Musik
Tidak ada satu cara yang sempurna untuk mengenalkan alat musik kepada anak. Hal ini bergantung pada kebutuhan, minat, dan kemampuan anak.
Jika si kecil dapat berkonsentrasi lebih lama dan memiliki ketertarikan alami terhadap musik, bisa jadi ia akan lebih berhasil dengan ekspektasi pelajaran yang lebih lama atau lebih ketat.
Sebaliknya, anak-anak yang kurang bersemangat mempelajari alat musik, mungkin lebih berhasil dengan pelajaran yang lebih diarahkan pada penemuan dan kesenangan daripada mengembangkan kemahiran—setidaknya untuk saat ini.
Mama-Papa dapat mencoba kiat-kiat berikut untuk membantu melibatkan buah hati dalam mempelajari cara memainkan alat musik serta mengembangkan rasa ingin tahu dan kenikmatannya terhadap musik.
# Jadikan musik sebagai bagian rutin dari kehidupan anak.
Salah satu cara terbaik untuk membuat calon musisi tertarik pada alat musik adalah dengan menjadikan musik sebagai bagian rutin dari kehidupan mereka.
Saat anak-anak diperkenalkan pada musik, mereka mempelajari konsep musik, seperti ritme, melodi, dan perubahan nada.
Tantang mereka untuk membuat suara dengan suara mereka atau dengan benda-benda di sekitar rumah.
Jika mereka tertarik, tawarkan untuk membelikan alat musik. Namun, jangan memaksanya.
Anak-anak cenderung akan terus mendengarkan musik jika itu yang mereka inginkan, bukan sesuatu yang orangtua paksakan.
# Biarkan anak yang memilih.
Piano atau keyboard, recorder, drum, biola, ukulele (senar nilon lebih mudah ditekan daripada senar gitar), atau gitar listrik kecil merupakan pilihan yang baik untuk pelajar pemula.
Alat musik tiup kayu atau logam mungkin sulit dimainkan karena anak harus memegangnya dan memasok udara untuk menghasilkan suara. Namun, jika buah hati ingin memainkan seruling atau terompet, biarkan mereka mencobanya.
# Temukan guru yang tepat.
Instruktur yang terampil akan memastikan buah hati mempelajari teknik yang tepat. Menggunakan alat musik secara tidak benar dapat mengakibatkan munculnya kebiasaan buruk yang bisa menyebabkan cedera tangan, punggung, atau leher.
Pembelajaran kelompok cenderung lebih terjangkau. Ini juga memberi anak-anak sosialisasi dan suasana yang meriah. Sebaliknya, pelajaran privat menawarkan perhatian pribadi yang sangat membantu anak-anak membangun keterampilan.
Pelajaran musik virtual juga efektif jika instrukturnya mengajari anak secara langsung.
Perangkat lunak, aplikasi, dan permainan pembelajaran musik juga dapat membantu. Meskipun tidak menggantikan instruksi nyata, aplikasi dan permainan ini menawarkan cara yang bagus untuk bereksperimen dengan alat musik dan dapat menjadi pelengkap yang bagus untuk pelajaran.
# Jadikan latihan lebih menyenangkan.
Kebanyakan guru musik menyarankan anak-anak seusia ini berlatih selama 15—30 menit sekitar lima kali seminggu. Atur pengingat dan jadikan itu bagian dari rutinitas buah hati.
Meskipun latihan harus serius, carilah cara untuk membuatnya lebih menarik.
Misalnya, melakukan pencarian cepat di Google untuk lagu latar (seperti musik instrumental) yang dapat dimainkan si kecil guna membantunya merasa seperti sedang bermain dengan sebuah band.
# Berikan dorongan.
Kita semua belajar dari kesalahan sebelum memperoleh keberhasilan. Oleh karena itu, kesempurnaan seharusnya tidak menjadi tujuan.
Dengan Mama-Papa menyanyi, menari, atau menjadi penonton saat si kecil berlatih, itu sudah merupakan penyemangat baginya.
Berikan pula umpan balik positif, seperti, "Mama bisa mendengar betapa kerasnya kamu berlatih memainkan kunci itu.” Hindari bersikap terlalu kritis.
Berikan pujian bukan hanya ketika buah hati berhasil membawakan lagu yang sulit, tetapi juga atas usaha dan kesenangan si kecil dalam bermain musik.
Jika buah hati ingin berhenti lebih awal, cari tahu alasannya. Mungkin si kecil bosan, mengalami kesulitan, atau tidak menyukai alat musik tersebut.
Guru mungkin memiliki beberapa ide untuk membangkitkan kembali minat si kecil.
Jika si kecil tidak menyukai alat musik tersebut, biarkan dia mencoba alat musik lain. Tidak ada salahnya, kok, mencoba lebih dari satu alat musik. (*)