Susu Formula dan Susu Sapi: Jangan Sampai Tertukar!

Dipublikasikan: Senin, 1 Desember 2025

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Candra Widanarko

Editor: Candra Widanarko

MyKidz - Mom/Dad, susu seringkali dianggap sebagai pilar nutrisi, tetapi bagi sebagian anak, susu justru bisa menjadi sumber masalah perut, ruam, dan ketidaknyamanan. Ketika si Kecil menunjukkan gejala setelah minum susu, reaksi pertama kita mungkin panik dan langsung mencabut semua produk susu.

Di Klinik MyKidz, kami ingin menekankan: Reaksi terhadap susu BUKAN selalu sama! Ada perbedaan besar antara Intoleransi Laktosa dan Alergi Protein Susu Sapi (APSS). Mengenali perbedaannya adalah kunci untuk memberikan pengganti nutrisi yang tepat agar tumbuh kembang anak tidak terhambat.

Perbedaan Mendasar: Gula Vs. Protein

Intoleransi dan Alergi menyerang bagian susu yang berbeda dan memicu sistem tubuh yang berbeda:

                     Kondisi        Komponen Pemicu Masalah              Sistem yang Bereaksi
Intoleransi Laktosa Gula Susu (Laktosa) Sistem Pencernaan: Tubuh kekurangan enzim laktase untuk memecah gula laktosa.
Alergi Protein Susu Sapi (APSS) Protein Susu (Kasein & Whey) Sistem Kekebalan Tubuh (Imunitas): Tubuh menganggap protein susu sebagai zat asing/musuh.

Gejala: Jangan Sampai Tertukar!

Membedakan gejala adalah langkah terpenting, karena penanganannya bisa SANGAT berbeda.

1. Tanda-tanda Intoleransi Laktosa (Masalah Pencernaan)

Intoleransi laktosa umumnya tidak mengancam nyawa dan fokus pada gangguan perut, terjadi karena gula laktosa difermentasi oleh bakteri di usus besar:

  • Perut Kembung & Begah: Perut anak terasa penuh dan kencang.
  • Diare: Feses encer, sering, dan terkadang berbau asam.
  • Kelelahan: Sering buang gas (kentut) dan terasa tidak nyaman di perut.
  • Waktu Muncul: Gejala biasanya muncul beberapa jam setelah konsumsi susu atau produk susu.

2. Tanda-tanda Alergi Protein Susu Sapi (APSS) (Melibatkan Imunitas)

APSS adalah reaksi alergi sejati yang dapat melibatkan seluruh sistem tubuh. Gejalanya bisa ringan hingga berat (syok anafilaktik):

  • Gejala Kulit: Ruam kemerahan, gatal, bengkak di bibir/mata, atau eksim yang memburuk.
  • Gejala Pencernaan Berat: Muntah, diare berulang, nyeri perut hebat, atau, yang paling khas, darah atau lendir di feses anak (terutama pada bayi).
  • Gejala Pernapasan (Darurat): Napas cepat, mengi, atau bengkak pada tenggorokan.
  • Waktu Muncul: Reaksi bisa terjadi sangat cepat (beberapa menit hingga 1 jam) setelah konsumsi, atau tertunda (beberapa jam hingga hari) pada kasus alergi lambat.

Mencari Pengganti Nutrisi yang Tepat

Setelah diagnosis (yang harus dipastikan oleh dokter Spesialis Anak!), pemilihan susu pengganti sangat krusial agar kebutuhan Kalsium dan Vitamin D anak tetap terpenuhi.

Jika Anak Intoleransi Laktosa

Karena masalahnya hanya pada gula laktosa, Mom/Dad bisa mencoba:

  • Susu Bebas Laktosa (Lactose-Free Milk): Susu sapi biasa yang laktosanya sudah dipecah.
  • Susu Nabati: Kedelai (Soy Milk), Almond, atau Oat (pastikan nutrisinya difortifikasi Kalsium).
  • Enzim Laktase: Dokter mungkin merekomendasikan pemberian suplemen enzim laktase sebelum anak mengonsumsi produk susu.

Jika Anak Alergi Protein Susu Sapi (APSS)

Karena APSS melibatkan sistem imun, semua produk susu sapi harus dihindari, dan penggantinya harus dipastikan tidak mengandung protein sapi:

  • Susu Formula Terhidrolisa Ekstensif (Extensively Hydrolyzed Formula): Protein susu sapi sudah dipecah menjadi potongan yang sangat kecil sehingga tidak dikenali sebagai alergen oleh tubuh.
  • Formula Asam Amino (Amino Acid-Based Formula): Digunakan untuk kasus alergi yang sangat parah atau yang tidak merespons formula terhidrolisa. Formula ini mengandung protein dalam bentuk paling sederhana (asam amino).
  • Susu Nabati (Soy/Oat/Almond) sebagai Pelengkap: Susu nabati (terutama Soy Milk yang difortifikasi) dapat digunakan sebagai sumber nutrisi tambahan pada balita, TETAPI anak yang lebih muda (di bawah 1 tahun) atau anak dengan APSS berat memerlukan formula khusus atas saran dokter.

Pesan Kunci: Jangan pernah mendiagnosis sendiri atau mengganti susu formula bayi tanpa konsultasi. APSS, terutama yang berat, membutuhkan formula medis khusus. Bekerjalah erat dengan dokter anak untuk memastikan nutrisi si Kecil tetap optimal demi tumbuh kembang terbaiknya!

MyKidz, Sahabat Tumbuh Kembang Anak.

Foto: Alex Green/Pexels.com

Referensi:

• Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2020). Pedoman Reaksi Alergi Makanan. IDAI.

• Host, A. (2002). Frequency of cow's milk allergy in childhood. Annals of Allergy, Asthma & Immunology, 89(6 Suppl 1), 33-37.

• American Academy of Pediatrics (AAP). (2018). Clinical Report: The Use of Complementary and Alternative Medicine in Children with Allergic Diseases. AAP.

 

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?