Panduan MPASI AntiRibet
Dipublikasikan: Kamis, 2 Oktober 2025
Waktu membaca: 3 menit
MyKidz - Mom/Dad, mari kita akui. Setelah 6 bulan menyusui eksklusif, momen memperkenalkan MPASI (Makanan Pendamping ASI) itu rasanya seperti menghadapi ujian negara. Banyak aturan, banyak puree, dan banyak drama. Tenang saja, MPASI itu seharusnya jadi perjalanan eksplorasi rasa bagi si Kecil, bukan sumber stres bagi kita!
Fokus utama kita adalah Gizi dan Pencernaan. Yuk, kita bongkar panduan ini step-by-step.
Secara umum, semua ahli sepakat bahwa bayi siap menerima MPASI di usia 6 bulan. Kenapa harus 6 bulan? Karena sebelum itu, sistem pencernaan bayi belum matang sepenuhnya, dan ASI (atau susu formula) sudah menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan.
Tapi, Mom, jam di kalender saja tidak cukup! Ada beberapa Tanda Kesiapan (yang sering diabaikan) bahwa si Kecil siap untuk level up makanan:
- Duduk Tegak: Mampu duduk tegak dengan sedikit bantuan. Ini penting agar ia tidak tersedak dan bisa fokus makan.
- Refleks Lidah Hilang: Refleks menjulurkan lidah ke luar saat ada sendok sudah hilang. Kalau refleks ini masih ada, makanan akan otomatis didorong keluar (Spitting food is not them rejecting it, it’s just physics!).
- Tertarik pada Makanan: Si Kecil mulai ngeces, memperhatikan, dan berusaha meraih makanan Mom/Dad saat sedang makan. Ini sinyal i'm ready yang paling jelas!
Apa yang Wajib Ada? Fokus Gizi AntiStunting
Di fase MPASI (6–24 bulan), ASI memang masih jadi sumber nutrisi utama, tetapi nutrisi pendamping sangat krusial, terutama Zat Besi dan Lemak. Kenapa? Karena cadangan zat besi yang didapat sejak lahir mulai menipis, dan pertumbuhan otak sedang pesat-pesatnya.
Menurut rekomendasi, MPASI yang ideal harus mengandung komposisi gizi lengkap, atau sering disebut Gizi Seimbang. Ini dia empat komponen utamanya:
- Protein Hewani: Ini WAJIB! Sumbernya bisa dari daging merah, ayam, telur, hati ayam, atau ikan. Protein hewani adalah sumber zat besi tinggi, sangat penting untuk mencegah stunting dan mendukung perkembangan otak si Kecil.
- Karbohidrat: Sumber energi utama dari nasi, kentang, ubi, atau jagung. Ini adalah bahan bakar agar si Kecil punya energi untuk eksplorasi hariannya.
- Lemak Tambahan: Jangan Pernah Pelit! Lemak dibutuhkan untuk penyerapan vitamin A, D, E, dan K, serta merupakan sumber kalori padat. Sumber terbaiknya adalah minyak zaitun (olive oil), santan, mentega, butter tawar, atau minyak kanola.
- Sayur & Buah: Sumber vitamin, mineral, dan serat. Pilih variasi dari sayuran hijau, labu, pisang, atau pepaya untuk melengkapi nutrisi harian.
Catatan nih: Jangan cuma kasih buah melulu, Mom! MPASI yang dominan manis-manis hanya akan membuat si Kecil kenyang tapi kekurangan nutrisi utama seperti zat besi dan protein. Ingat, ini MPASI, bukan dessert!
Bagaimana Memulainya? Pahami Pencernaan
Proses perkenalan MPASI harus memenuhi prinsip dasar (Tepat Waktu, Tepat Gizi, Tepat Tekstur, dan Aman/Bersih).
- Mulai dengan Porsi Kecil: Awal-awal, cukup 1-2 sendok makan sehari, sekali pemberian. Ini adalah masa adaptasi pencernaan. Setelah bayi terbiasa, naikkan frekuensi menjadi dua kali, lalu tiga kali sehari.
- Tekstur itu Kunci (Texture is Key): Pencernaan tidak hanya di perut, tapi juga di mulut!
Usia 6 Bulan: Puree sangat halus, satu jenis bahan.
Usia 7-8 Bulan: Tekstur yang sedikit lebih kasar (saring kasar/cincang halus). Jangan takut dengan gumpalan kecil; ini melatih otot rahang dan kemampuan mengunyah.
Usia 9-12 Bulan: Finger food dan makanan yang dicincang kasar. - Perubahan BAB Normal: Saat MPASI dimulai, warna dan konsistensi tinja bayi pasti berubah. Ini sangat normal karena sistem pencernaan mulai memproses serat dan lemak. Cek alergi dengan memperkenalkan bahan makanan baru satu per satu (tunggu 3-5 hari sebelum memperkenalkan bahan baru).
MPASI adalah perjalanan fun yang mengajarkan anak tentang kemandirian dan mengenal dunia rasa. Jangan fokus pada jumlah yang masuk, tapi pada gizi yang terkandung dan kegembiraan saat makan.
Jika Mom/Dad menghadapi tantangan makan yang berlarut-larut, kesulitan menaikkan berat badan, atau kekhawatiran terkait perkembangan keterampilan makan, itu tandanya butuh bantuan ahli. Tim spesialis gizi dan tumbuh kembang di Klinik Tumbuh Kembang Anak MyKidz siap memberikan panduan personal agar fase MPASI si Kecil berjalan optimal.
Foto: Yan Krukov/Pexels.com
Referensi:
• Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2018). Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Anak di Indonesia. IDAI.
• World Health Organization (WHO) and UNICEF. (2009). Guiding principles for feeding non-breastfed children 6–24 months of age. WHO Press.
• Dewan, P., et al. (2020). Complementary Feeding: An Updated Comprehensive Review. Indian Pediatrics, 57(1), 32-40. https://doi.org/10.1007/s13312-020-1718-4