Kenapa sih Anakku Nggak Bisa Diam Lima Meniiit Aja?
Dipublikasikan: Senin, 13 Oktober 2025
Waktu membaca: 3 menit
MyKidz - Memiliki anak balita seringkali terasa seperti tinggal di taman bermain yang didominasi oleh gravitasi. Anak melompat dari sofa ke lantai, berputar-putar sampai pusing, dan memanjat pagar teralis seolah-olah dia adalah Spider-Man.
Keresahan kita seringkali sama: "Kenapa sih anakku tidak bisa duduk diam 5 menit saja?"
Tenang, Mom/Dad. Tindakan 'ekstrem' itu seringkali bukan tanda kenakalan, melainkan panggilan mendesak dari otak mereka! Anak-anak itu sedang mengejar sesuatu yang disebut Vestibular Input, sebuah kebutuhan sensorik vital yang sering diabaikan.
Pilot di Kepala Anak
Sistem Vestibular adalah indra keenam yang paling heroik. Letaknya di telinga bagian dalam dan bertanggung jawab penuh atas keseimbangan, koordinasi, dan pemahaman kita tentang posisi tubuh di ruang angkasa.
Bayangkan dia adalah pilot utama di kepala anak Anda. Kapan pun anak Anda:
- Melompat dari tangga terendah.
- Berayun setinggi mungkin.
- Berguling-guling di kasur.
... mereka sedang mengirimkan input penting ke pilot ini. Input ini sangat krusial karena memberi tahu otak: "Saya bergerak, saya aman, saya tahu posisi saya!"
Gerakan Ekstrem Justru Membuat Anak Tenang!
Kedengarannya paradoks, ya? Kenapa gerakan hiperaktif justru berujung pada fokus dan ketenangan?
- Menenangkan Sistem Saraf: Sama seperti Anda merasa rileks setelah lari sore, gerakan vestibular yang berulang dan teratur (seperti mengayun atau berputar) bekerja menenangkan sistem saraf pusat anak. Bagi sebagian anak, input ini adalah kopi pagi yang membuat otak siap bekerja atau selimut hangat yang membuat mereka bisa tenang.
- Meningkatkan Fokus: Anak yang merasa gelisah karena vestibular input-nya kurang, akan sulit fokus belajar atau mendengarkan. Otak mereka terlalu sibuk mencari informasi keseimbangan. Ketika mereka melompat atau berputar, kebutuhan itu terpenuhi, dan tiba-tiba, mereka bisa duduk dan fokus pada tugas di depannya. Mission accomplished!
Dua Tipe Anak yang Butuh Vestibular Input
Orang tua biasanya terbagi menjadi dua kategori saat melihat perilaku ini, dan keduanya adalah alarm bahwa anak butuh stimulasi vestibular:
1. The Seeker (Pencari Sensasi)
Ini adalah anak yang tidak bisa diam. Dia lari, melompat, memanjat, dan berputar tanpa lelah. Dia terus mencari gerakan karena sistem vestibularnya kurang responsif. Otaknya berteriak: "Lagi! Aku butuh lebih banyak data posisi!"
2. The Avoider (Penghindar Gerakan)
Ini adalah anak yang sangat berhati-hati. Dia takut ketinggian, menghindari ayunan atau roller coaster, dan cepat pusing saat berputar. Sistem vestibularnya terlalu sensitif, dan dia berusaha melindungi diri dari sensasi berlebihan.
Pada intinya, anak yang "tidak bisa diam" sedang berusaha menyeimbangkan diri secara internal.
Memenuhi Kebutuhan Gerak dengan Cerdas
Nggak perlu marah saat anak melompat; alihkan energinya ke aktivitas yang aman dan terarah!
- Aktivitas Putaran: Biarkan anak berputar (tentu dengan pengawasan) atau sediakan kursi putar di rumah. Putaran membantu vestibular input yang padat.
- Aktivitas Ayunan dan Bergantung: Ayunan di taman bermain atau swing di rumah adalah sahabat terbaik untuk stimulasi vestibular. Biarkan mereka berayun setinggi yang mereka mau.
- Tugas Berat (Heavy Work): Ajak anak mendorong keranjang cucian yang berat atau menarik mainan besar. Gerakan ini juga memberikan proprioceptive input (kesadaran posisi otot dan sendi) yang bekerja berdampingan dengan vestibular untuk menenangkan.
Dengan memahami bahwa gerakan ekstrem adalah kebutuhan neurologis, bukan kenakalan, Mom/Dad telah mengambil langkah besar dalam mendukung tumbuh kembang si Kecil.
Jika Anda merasa kebutuhan gerakan anak sangat intens dan mengganggu fungsi harian mereka, jangan ragu untuk berkonsultasi. Terapis Okupasi di Klinik Tumbuh Kembang Anak MyKidz dapat melakukan asesmen mendalam untuk menentukan apakah anak Anda memiliki masalah pemrosesan sensorik yang membutuhkan intervensi terstruktur.
Foto: Ketut Subiyanto/Pexels.com
Referensi:
• American Academy of Pediatrics (AAP). (2020). Sensory Processing and Integration. AAP.
• Ayres, A. J. (2005). Sensory Integration and the Child: 25th Anniversary Edition. Western Psychological Services. (Referensi fundamental dalam Terapi Okupasi Sensorik).
• Schaaf, R. C., et al. (2018). Sensory Processing Disorder: An Overview of Definitions, Etiology, and Management. Handbook of Clinical Neurology, 159, 295-306. https://doi.org/10.1016/B978-0-444-64071-3.00018-8