Menjaga Jam Tidur Anak di Tengah Jadwal Liburan
Dipublikasikan: Selasa, 30 Desember 2025
Waktu membaca: 3 menit
MyKidz - Liburan Natal dan Tahun Baru adalah momen yang penuh dengan keriaan. Berkunjung ke rumah saudara, makan malam bersama, hingga perjalanan jauh ke luar kota. Di tengah jadwal yang padat, sering kali rutinitas tidur si Kecil menjadi hal pertama yang dikorbankan.
Namun, rutinitas adalah "jangkar" bagi jiwa anak. Tanpa jangkar ini, anak akan merasa "terombang-ambing" secara emosional dan fisik, yang sering kali berujung pada tantrum hebat dan daya tahan tubuh yang menurun.
Memahami Jam Biologis (Circadian Rhythm)
Setiap manusia memiliki jam biologis internal yang disebut Irama Sirkadian. Ini adalah pusat kendali yang mengatur kapan tubuh harus bangun, makan, dan tidur. Pada anak-anak, sistem ini jauh lebih sensitif dibandingkan orang dewasa.
Ketika jam tidur bergeser terlalu jauh, tubuh anak mengalami stres internal. Hal ini memicu pelepasan hormon kortisol (hormon stres) yang membuat anak terlihat "segar" tapi sebenarnya sangat kelelahan (overtired). Kondisi inilah yang membuat anak mendadak menjadi sangat rewel atau sulit ditenangkan.
Dampak Kurang Tidur: Musuh Bagi Imunitas
Liburan akhir tahun biasanya bertepatan dengan musim hujan dan cuaca yang tidak menentu. Tidur bukan sekadar waktu istirahat, melainkan fase di mana tubuh anak melakukan:
- Perbaikan Sel: Memperbaiki jaringan dan mempercepat pertumbuhan.
- Produksi Sitokin: Protein yang membantu sistem kekebalan tubuh melawan infeksi dan peradangan.
Anak yang kurang tidur saat liburan memiliki risiko lebih tinggi tertular flu, batuk, atau demam, karena benteng imunitas mereka sedang melemah akibat kelelahan.
Strategi "Jangkar Tidur" Saat Bepergian
Agar liburan tetap menyenangkan tanpa mengorbankan kesehatan si Kecil, Mom dan Dad bisa mencoba tips berikut:
1. Trik "Bau Rumah" (Sensory Comfort)
Salah satu alasan anak sulit tidur di tempat baru adalah kehilangan rasa familiar. Bawalah objek transisi yang memiliki "bau rumah", seperti:
- Bantal favorit yang belum dicuci (aroma rumah yang akrab).
- Boneka atau selimut kesayangan.
- White noise machine atau rekaman lagu pengantar tidur yang biasa diputar di rumah. Sensori penciuman dan pendengaran yang familiar akan mengirim sinyal ke otak anak bahwa mereka "aman" dan boleh tertidur.
2. Mengatur Jadwal Perjalanan
Alih-alih berangkat di waktu anak biasanya aktif bermain, cobalah untuk:
- Berangkat Menjelang Jam Tidur Siang: Gunakan waktu perjalanan (di mobil atau pesawat) sebagai sesi tidur siang anak.
- Jangan Memotong Jam Tidur: Jika harus melakukan perjalanan darat yang panjang, usahakan tetap sampai di tempat tujuan sebelum jam tidur malam anak yang biasanya.
3. Konsistensi Ritual Tidur
Meskipun tempatnya berbeda, urutannya harus tetap sama. Jika di rumah urutannya adalah "mandi-pakai piyama-baca buku-tidur", maka lakukan hal yang sama di hotel atau di rumah saudara. Urutan ini adalah kode bagi otak anak untuk bersiap-siap shutdown.
Tidur yang Baik = Liburan yang Bahagia
Tidur yang berantakan adalah pemicu utama anak jatuh sakit dan penurunan mood selama liburan. Dengan menjaga "jangkar" tidur mereka tetap stabil, kita tidak hanya menjaga kesehatan fisik si Kecil, tetapi juga memastikan liburan keluarga diisi dengan tawa, bukan tangisan lelah.
Selamat berlibur dengan hati yang tenang!
MyKidz, Sahabat Tumbuh Kembang Anak.
Foto: Alex Green/Pexels.com
Referensi:
• Hirshkowitz, M., et al. (2015). National Sleep Foundation’s sleep time duration recommendations: methodology and results summary. Sleep Health.
• Besedovsky, L., et al. (2012). Sleep and immune function. Pflügers Archiv - European Journal of Physiology.
• Mindell, J. A., & Williamson, A. A. (2018). Benefits of a bedtime routine in young children: Sleep, development, and beyond. Sleep Medicine Reviews.