JANGAN SEPELEKAN DIARE PADA BAYI KARENA BISA MEMBAHAYAKAN KESEHATANNYA
Dipublikasikan: Rabu, 2 Oktober 2024
Waktu membaca: 3 menit
Klinik MyKidz - Sejak lahir sampai beberapa minggu setelahnya, bayi bisa mengalami frekuensi buang air besar (BAB) 4-5 kali sehari. Bahkan ada juga bayi yang BAB setiap selesai menyusu atau frekuensi BAB bisa 12 kali. Hal ini masih tergolong normal, selama bayi tidak menunjukkan rasa tidak nyaman.
Bayi dikatakan mengalami diare jika frekuensi buang air besar (BAB) meningkat atau konsistensi tinja berubah menjadi lebih cair, dan dapat disertai dengan lendir atau darah. Selain itu, kadang-kadang pada diare juga dapat disertai demam, bayi rewel, dan menangis.
Angka kematian bayi dan balita akibat diare masih tergolong tinggi. Di seluruh dunia, sekitar 525.000 bayi dan balita meninggal karena diare setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, persentase kematian bayi akibat diare masih cukup tinggi, yaitu sekitar 25-30 persen.
Kenali Berbagai Penyebab Diare pada Bayi
Beberapa penyebab diare pada bayi, meliputi:
#Infeksi
Penyebab diare paling sering pada anak adalah infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit. Penyebab infeksi paling sering terjadinya diare pada bayi adalah virus (60-70 persen) terutama Rotavirus.
Bakteri seperti Salmonella, Escherichia Coli atau Shigella juga bisa menyebabkan diare yang cukup parah pada bayi. Gejala yang ditimbulkan berupa kram perut, demam, serta feses yang disertai dengan darah segar atau lendir.
Beberapa jenis parasit bisa menyebabkan bayi mengalami diare yang cukup kronis. Salah satunya adalah parasit Entamoeba dan Giardia lamblia.
#Alergi Protein Susu Sapi
Alergi susu sapi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bayi bereaksi berlebihan terhadap protein dalam susu sapi. Alergi protein susu sapi dapat ditemukan pada bayi yang mengonsumsi susu formula atau ASI.
Pada kasus ini, ibu bayi yang mengonsumsi ASI akan disarankan untuk diet eliminasi protein susu sapi. Sedangkan pada bayi yang mengonsumsi susu formula, biasanya akan disarankan mengonsumsi susu protein terhidrolisis ekstensif atau susu asam amino.
Penanganan Diare pada Bayi
Penanganan pertama yang dapat dilakukan di rumah oleh Mama-Papa, sebagai berikut:
1. Memberikan ASI dan cairan elektrolit.
Bayi berusia di bawah 6 bulan yang mengalami diare dapat diatasi dengan pemberian ASI atau susu formula lebih sering. Hal ini karena ASI mengandung nutrisi yang diperlukan untuk menggantikan cairan dan nutrisi yang hilang selama BAB.
Selain itu, ASI juga mengandung antibodi yang dapat membantu bayi melawan bakteri atau virus penyebab diare. Pada bayi berusia di atas 6 bulan, pemberian ASI boleh dilanjutkan sambil diselingi pemberian cairan rehidrasi oral, seperti oralit setiap kali bayi BAB dan muntah.
2. Memberikan suplemen zinc.
Suplemen zinc dapat diberikan untuk mengatasi diare pada balita. Menurut WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi yang mengalami diare akut dapat diberikan suplemen zinc selama 10-14 hari.
Untuk menentukan dosis pemberian suplemen zinc yang tepat, Mama harus berkonsultasi dengan dokter anak. Umumnya dosis pemberian suplemen zinc pada bayi berusia di bawah 6 bulan adalah sekitar 10 mg per hari, sedangkan pada balita 20 mg per hari.
3. Memberikan probiotik
Beberapa riset menunjukkan bahwa pemberian probiotik bisa mendukung proses penyembuhan dan mempercepat pemulihan bayi yang mengalami diare. Oleh karena itu, ibu dapat memberikan si kecil suplemen atau makanan yang mengandung probiotik saat ia terkena diare.
Ketika bayi mengalami diare dan dehidrasi, jangan sekali-kali memberikan obat diare yang dijual bebas di pasaran karena bisa memperburuk keadaan bayi. Pada bayi yang sudah mengonsumsi MPASI, hindari makanan yang mengandung terlalu banyak lemak, gula, juga makanan berserat tidak larut seperti tomat, seledri, mentimun, bayam, brokoli, kacang, wortel, dan gandum utuh, karena dapat memperberat diare pada bayi.
Tanda-Tanda Bayi harus Segera Dibawa ke Fasilitas Kesehatan:
Mama-Papa perlu mengenali tanda bahaya pada diare agar bisa membawanya segera ke fasilitas kesehatan terdekat. Jika pada feses ditemukan darah merah segar dan lendir yang banyak dengan konsistensi cair tanpa ampas, maka bayi harus segera diperika ke dokter.
Selain itu, hal yang ditakutkan pada diare adalah terjadinya dehidrasi. Pengamatan tanda dan gejala pada bayi penting untuk menentukan apakah bayi mengalami dehidrasi. Tanda-tanda dehidrasi antara lain:
· Frekuensi pipis berkurang
· Urin berwarna gelap atau oranye
· Sembelit
· Bayi semakin rewel dan tampak kehausan sampai semakin lemas dan tidak mampu menyusu
· Tidak ada air mata saat menangis dan mata tampak cekung
· Bibir tampak kering
· Wajah tampak pucat
· Ubun-ubun tampak cekung
· Kekenyalan kulit berkurang atau kulit yang tampak mengeriput
Tindakan Pencegahan Agar Bayi Tidak Alami Diare
Nah, apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya diare pada bayi?
a. Berikan bayi ASI eksklusif on demand atau sesering mungkin. ASI membantu membentuk antibodi yang melawan mikroorganisme penyebab diare.
b. Pastikan untuk selalu mensterilkan botol susu dan peralatan MPASI yang digunakan si kecil.
c. Mama-Papa atau pengasuh bayi selalu mencuci tangan sebelum menyiapkan susu dan makanan bayi serta setelah mengganti popoknya.
d. Biasakan untuk mencuci tangan si kecil, terutama setelah ia bermain, menyentuh benda kotor, atau setelah buang air kecil dan buang air besar.
e. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar, termasuk mainan dan benda lain yang sering disentuh si kecil.
Konsultan Ahli: dr. Ernie Yantho, Sp.A