Jangan Biarkan Gigi Susu Berlubang, Ajari Anak Menyikat Giginya Sejak Dini

Dipublikasikan: Kamis, 12 September 2024

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Julie

Editor: Julie

Klinik MyKidz –  Tanggal 12 September merupakan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional. Hal ini mengingatkan kita tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut pada usia berapa pun. Peringatan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional meningkatkan kesadaran kita akan perawatan kesehatan gigi dan mulut sejak dini. Bahkan, sejak bayi belum tumbuh gigi pertamanya pun, orang tua sudah harus memperhatikan perawatan mulut bayinya. Dengan perawatan yang tepat, si kecil dapat terhindar dari kerusakan gigi, yang merupakan masalah gigi nomor satu pada anak-anak prasekolah.

Situs web pengasuhan anak AAP, healthychildren.org, pada 2015 mencatat, satu dari 10 anak usia dua tahun sudah memiliki satu atau lebih gigi berlubang. Di usia tiga tahun, ada 28 persen anak yang memiliki satu atau lebih gigi berlubang. Angka ini meningkat di usia 5 tahun, hampir 50 persen anak memiliki satu atau lebih gigi berlubang.

Banyak orang tua berasumsi, tak masalah jika gigi susu berlubang, karena nantinya gigi tersebut akan tanggal juga dan digantikan oleh gigi tetap. Hal ini tidak benar, Ma. Kerusakan pada gigi susu dapat berdampak buruk pada gigi permanen dan menyebabkan masalah gigi di masa mendatang. Jadi, meski “hanya” gigi susu, tetap harus dijaga kesehatannya, Ma. Sejak dini, anak harus dibiasakan menjaga kebersihan mulut dan giginya sebagai bagian dari rutinitas hariannya.

 

Mengajari Anak Menyikat Gigi

Ajari anak merawat giginya sejak dini.
Ajari anak merawat giginya sejak dini. (Freepik)

Begitu si kecil tumbuh gigi, Mama harus membantu si kecil menyikat giginya dua kali sehari. Gunakan sikat gigi berbulu lembut yang dirancang untuk menyikat gigi bayi atau anak kecil. Oleskan pasta gigi, sedikit saja, kira-kira seukuran sebutir beras. Setelah si kecil berusia 3 tahun, oleskan pasta giginya seukuran kacang polong. Selalu gunakan pasta gigi berfluorida—mineral alami ini dapat membantu mencegah kerusakan gigi dan membuat gigi lebih kuat. Pilihlah pasta gigi berfluorida dengan rasa yang disukai anak dan nyaman di mulutnya.

Jika si kecil masih mengalami kesulitan memegang sikat gigi, pilihkan sikat gigi bergagang tebal. Bantu si kecil menyikat giginya dengan cara meletakkan tangan Mama di atas tangan si kecil untuk mengarahkan gerakan sikat gigi. Tentang gerakan menyikat gigi, sebenarnya arah gerakan tidak terlalu penting, karena yang lebih penting adalah membersihkan setiap gigi secara menyeluruh, atas dan bawah, dalam dan luar. Mama mungkin akan menghadapi penolakan anak karena biasanya anak hanya akan fokus pada gigi depan yang dapat dilihatnya. Agar menarik, Mama dapat mengubahnya menjadi permainan ”menemukan gigi yang tersembunyi”. Setelah si kecil usia 6 tahun, biasanya sudah dapat menyikat giginya sendiri tanpa bantuan.

Berkaitan dengan pasta gigi, ajari anak untuk tidak menelannya. Menelan terlalu banyak pasta gigi berfluorida dapat menimbulkan bintik-bintik putih atau cokelat pada gigi dewasanya kelak. Pada anak yang belum bisa meludah, minta si kecil untuk menundukkan mulutnya ke bawah sehingga pasta gigi dapat menetes ke wastafel, cangkir, atau waslap. Pastikan untuk membantu atau mengawasi anak saat menyikat gigi agar tidak menelan pasta giginya. Jika sudah cukup umur, minta si kecil untuk meludahkan pasta gigi setelah menyikat gigi.

 

Pola Makan Berperan Penting Terhadap Kesehatan Gigi

Makanan bergula dapat merusak gigi.
Makanan bergula dapat merusak gigi. (Freepik)

Selain menyikat gigi secara teratur dengan pasta gigi berfluorida dalam jumlah yang tepat, pola makan anak juga berperan penting dalam kesehatan gigi secara keseluruhan. Sering kali, gula adalah musuh besarnya. Semakin lama dan semakin sering gigi anak terpapar gula, semakin besar risiko gigi berlubang. Makanan yang mengandung "gula lengket", seperti karamel lengket, permen toffee, permen karet, dan buah kering, dapat menyebabkan kerusakan serius, terutama jika makanan tersebut berada di mulut dan membasahi gigi dengan gula selama berjam-jam.

Tips penting:

  • Pastikan untuk selalu menyikat gigi si kecil setelah mengonsumsi makanan manis.
  • Jangan biarkan si kecil minum cairan yang mengandung gula dalam cangkir “sippy” untuk waktu yang lama
  • Membatasi akses terhadap makanan/minuman manis. Perhatikan kebiasaan makan, di rumah dan di luar rumah, untuk memastikan si kecil mengonsumsi makanan bergizi demi tumbuh kembangnya—bukan semata untuk menjaga kesehatan mulut dan giginya.

 

Rutin Memeriksakan Gigi ke Dokter Gigi

Periksakan gigi anak secara rutin ke dokter gigi.
Periksakan gigi anak secara rutin ke dokter gigi. (Freepik)

Selama kunjungan rutin untuk memeriksa kesehatan si kecil, dokter anak juga akan memeriksa gigi dan gusi si kecil guna memastikan kesehatannya. Jika dokter anak melihat ada masalah, ia dapat merujuk si kecil ke dokter gigi anak. Saat memeriksa gigi si kecil, dokter gigi akan memastikan semua gigi tumbuh normal dan tidak ada masalah gigi. Dokter gigi juga akan memberikan saran lebih lanjut tentang kebersihan yang tepat.

Mama sebaiknya rutin memeriksakan gigi si kecil ke dokter gigi sejak mulai tumbuh gigi susu pertama antara usia 6—12 bulan. Pada usia 6—7 tahun, anak mulai kehilangan gigi pertama, yang kemudian digantikan oleh gigi sekunder permanen. Tanpa perawatan gigi yang tepat, anak-anak menghadapi kemungkinan kerusakan gigi dan penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi seumur hidup.

Kunjungan rutin ke dokter gigi dapat mendeteksi masalah kesehatan mulut dan gigi sejak dini. Kerusakan gigi dapat dihentikan atau diatasi jika terdeteksi sejak dini. Mengobati masalah sejak dini juga mencegah penyakit mulut bertambah parah. Dengan melakukan kunjungan ke dokter gigi sejak dini berati Mama telah mengajari si kecil tentang pentingnya menjaga kesehatan mulut dan gigi. (*)

 

Sumber:

HealthyChildren.org

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?