Apakah Si Kecil Sudah Siap untuk Olahraga? Panduan Memilih Olahraga Berdasarkan Usia Anak
Dipublikasikan: Selasa, 10 September 2024
Waktu membaca: 3 menit
Klinik MyKidz – Setiap tanggal 9 September, Indonesia merayakan Haornas atau Hari Olahraga Nasional dan tahun ini merupakan peringatan yang ke-41. Peringatan Haornas menjadi momentum untuk meningkatkan rasa sportivitas dan membangkitkan semangat keolahragaan masyarakat. Peringatan Haornas tahun ini mengusung tema “Ayo Berolahraga: Bersatu Kita Juara”. (Kompas.com, 9/9/2024) Tema ini bisa diartikan sebagai ajakan kepada kita semua untuk berolahraga dan melahirkan atlet berprestasi. Nah, apakah buah hati Mama sudah siap untuk diajak berolahraga? Anak-anak harus memiliki kesiapan olahraga agar dapat memenuhi tuntutan olahraga.
Melansir dari situs web pengasuhan anak AAP, HealthyChildren.org (28/06/2024), kesiapan olahraga berarti anak telah memiliki keterampilan fisik, mental, dan sosial untuk memenuhi tuntutan olahraga. Ketika anak sudah memiliki kesiapan olahraga, ia cenderung lebih menikmati dan berhasil dalam olahraga. Tentunya setiap anak memiliki tingkat perkembangannya sendiri, termasuk kesiapan mereka dalam olahraga. Jadi, meski pedoman umum dapat membantu Mama memilih olahraga berdasarkan usia, tingkat perkembangan si kecil harus diperhatikan juga. Si kecil mungkin siap atau tertarik pada olahraga tertentu lebih awal atau lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Usia 2—5 Tahun
Sebelum usia 6 tahun, sebagian besar anak belum memiliki keterampilan motorik dasar untuk olahraga terorganisasi. Keseimbangan dan rentang perhatiannya masih terbatas. Penglihatan dan kemampuan untuk melacak objek yang bergerak juga belum sepenuhnya matang.
Pilihan olahraga yang tepat:
Kegiatan olahraga yang berfokus pada keterampilan dasar, seperti berlari, berenang, berguling, dan menangkap. Keterampilan ini dapat ditingkatkan melalui permainan aktif, tetapi tidak memerlukan kegiatan olahraga yang terorganisasi.
Karena rentang perhatiannya masih pendek, anak-anak usia ini dapat belajar dengan lebih baik ketika mereka mengekplorasi, bereksperimen, dan meniru orang lain. Artinya, mereka cenderung memahami dan mengingat informasi atau keterampilan baru ketika mereka terlibat dalam aktivitas yang memungkinkan mereka untuk mencoba hal-hal baru dan melakukan peniruan.
Penting diperhatikan:
- Instruksi harus dibatasi.
- Ikuti format "tunjukkan dan ceritakan".
- Sertakan waktu bermain.
- Kompetisi harus dihindari.
- Orangtua dapat menjadi panutan yang baik dan harus berpartisipasi.
Usia 6—9 Tahun
Pada usia 6 tahun, sebagian besar anak telah memiliki keterampilan motorik dasar untuk olahraga sederhana yang terorganisasi. Namun, mereka mungkin masih kurang memiliki koordinasi tangan-mata yang diperlukan untuk melakukan keterampilan motorik yang kompleks. Mereka mungkin juga belum siap untuk memahami dan mengingat konsep, seperti kerja sama tim dan strategi.
Pilihan olahraga yang tepat:
Olahraga yang dapat disesuaikan untuk dimainkan pada tingkat dasar dan berfokus pada keterampilan motorik dasar. Contohnya: lari, renang, bola sepak, bisbol, tenis, senam, bela diri, dan ski.
Anak-anak usia ini masih sulit melakukan olahraga yang memerlukan keterampilan visual dan motorik yang kompleks, pengambilan keputusan yang cepat, atau strategi terperinci atau kerja sama tim (seperti sepak bola, basket, hoki, dan voli). Lain halnya bila olahraga tersebut dimodifikasi untuk pemain yang jauh lebih muda dengan aturan main yang lebih fleksibel.
Penting diperhatikan:
- Fokus olahraga adalah pembelajaran keterampilan baru, bukan kemenangan.
- Peralatan dan aturan olahraga harus sesuai untuk anak kecil. Contohnya termasuk bola yang lebih kecil, lapangan yang lebih kecil, waktu permainan dan latihan yang lebih pendek, lebih sedikit anak yang bermain pada waktu yang sama, seringnya berganti posisi, dan kurang fokus pada pencatatan skor.
Usia 10—12 Tahun
Sebagian besar anak usia ini siap untuk olahraga yang lebih kompleks. Mereka memiliki keterampilan motorik dan kemampuan kognitif untuk kegiatan olahraga yang membutuhkan keterampilan motorik kompleks, kerja sama tim, dan strategi. Kendati demikian, sebagian besar ahli percaya, olahraga pada tingkat ini harus berfokus pada pengembangan keterampilan, kesenangan, dan partisipasi, bukan kompetisi. Sebagian besar anak lebih suka bermain lebih banyak dalam tim yang kalah daripada lebih sedikit dalam tim yang menang.
Beberapa anak dalam kelompok usia ini mungkin mulai memasuki masa pubertas. Selama masa ini, perbedaan fisik, terutama antara anak laki-laki seusia, bisa sangat mencolok. Hal ini dapat memengaruhi jenis olahraga yang terbaik untuknya.
Anak laki-laki yang mengalami pubertas lebih awal akan lebih tinggi, lebih berat, dan lebih kuat untuk sementara waktu. Secara fisik mungkin menguntungkan bagi mereka, tetapi bukan berarti mereka lebih berbakat dan akan terus unggul dalam olahraga. Jika memungkinkan, mereka harus bersaing dengan anak laki-laki yang memiliki kemampuan fisik sama.
Sebaliknya, anak laki-laki yang tumbuh lebih lambat mungkin mengalami kerugian fisik sementara dalam olahraga. Namun, tidak boleh menganggapnya sebagai kurangnya bakat atau kemampuan. Anak-anak ini harus didorong untuk bermain olahraga yang sesuai dengan ukuran fisik mereka, seperti olahraga raket, renang, bela diri, gulat, dan cabang olahraga tertentu.
Selain itu, percepatan pertumbuhan dapat memengaruhi koordinasi, keseimbangan, dan kemampuan melakukan suatu keterampilan untuk sementara waktu. Perlu diingat, hal ini dapat membuat frustrasi jika dianggap sebagai kurangnya bakat atau usaha.
Pedoman penting lainnya:
- Dorong anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang meningkatkan kebugaran fisik dan mempelajari keterampilan olahraga.
- Semua kegiatan fisik atau olahraga yang dilakukan harus menyenangkan dan sesuai dengan usia anak—bukan kompetisi, aturan ketat, dan kemenangan.
- Peralatan dan aturan harus sesuai dengan usia anak. Jika tidak, aturan tersebut harus dimodifikasi.
- Pastikan keselamatan anak menjadi prioritas. Beberapa aspek penting yang harus menjadi perhatian adalah keamanan lingkungan, peralatan yang tepat, perlengkapan pelindung, desain program, dan aturan permainan.
- Ajak anak berpartisipasi dalam beberapa cabang olahraga berbeda untuk mengembangkan berbagai keterampilan motoriknya.
- Temukan program olahraga yang bagus. Salah satu indikatornya ialah anak-anak tampak senang dan menikmati aktivitasnya.
- Tunggu sampai anak siap. Anak-anak tidak boleh bermain olahraga kompetitif yang menang/kalah sampai mereka memahami bahwa harga diri mereka tidak didasarkan pada hasil permainan. (*)