Kenapa Anak Sering Bertanya "Kenapa"?

Dipublikasikan: Jumat, 31 Oktober 2025

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Candra Widanarko

Editor: Candra Widanarko

MyKidz - Mom/Dad, jika earworm paling sering di rumah adalah kata "Kenapa?", selamat! Itu tandanya kita sedang membesarkan seorang ilmuwan cilik yang otaknya bekerja keras.

Pertanyaan "kenapa" yang tiada henti, mulai dari "Kenapa langit biru?" sampai "Kenapa aku harus pakai kaus kaki ini?", seringkali membuat kita lelah. Namun, setiap "kenapa" adalah kode masuk ke dalam pikiran anak yang sedang mengalami lompatan kognitif luar biasa.

Itu adalah sinyal pertumbuhan kognitif terbaik!

Anak biasanya mulai memasuki fase "Kenapa?" yang intens sekitar usia 3 hingga 5 tahun.

  • Usia 2 Tahun (The Naming Phase): Anak fokus pada apa (what). "Itu apa?" "Kucing."
  • Usia 3–5 Tahun (The Why Phase): Anak beralih dari apa ke mengapa (why) dan bagaimana (how). Mereka tidak hanya mengenali objek, tetapi mulai memahami hubungan sebab-akibat.

Di usia ini, mereka sedang membangun kerangka berpikir logis. Setiap jawaban yang mereka terima akan menjadi kepingan puzzle yang menyusun pemahaman mereka tentang dunia.

Otak Anak Sedang Membangun Koneksi Logika

Ketika anak bertanya "Kenapa?", otak mereka sedang melakukan hal-hal penting:

  • Membangun Jembatan Saraf: Mereka sedang memperkuat koneksi saraf (sinaps) antara informasi yang mereka ketahui dan informasi baru. Pertanyaan "kenapa" memaksa otak untuk mencari keterkaitan dan membangun jaringan logika yang lebih kompleks.
  • Executive Function Beraksi: Mereka sedang melatih Executive Function (kemampuan berpikir tingkat tinggi) seperti:
    • Inisiatif: Mereka mengambil inisiatif untuk belajar.
    • Memori Kerja: Mereka harus mengingat pertanyaan dan jawaban sebelumnya untuk mengajukan pertanyaan berikutnya.
    • Memahami Perspektif: Mereka belajar bahwa satu hal bisa memiliki banyak alasan, dan ini adalah awal dari pemahaman perspektif orang lain.

Intinya, ketika anak bertanya "Kenapa?", mereka sedang melatih diri mereka untuk menjadi pemikir kritis dan pemecah masalah.

Respons Terbaik: Beri Respek, Bukan Cuma Jawaban

Apa yang dibutuhkan anak ketika bertanya "Kenapa?" bukanlah jawaban yang sempurna dari ensiklopedia, melainkan validasi dan keterlibatan emosional dari orang tuanya.

                Skenario   Respons Jawaban Terbaik          Kenapa Perlu Begitu?
Anak Bertanya (Contoh: "Kenapa mobil harus berhenti saat lampu merah?") Jawab dengan Sederhana dan Libatkan Anak: "Wah, pertanyaan bagus! Mobil harus berhenti karena itu aturan supaya tidak tabrakan. Menurut kamu, kenapa lagi ya?" Mengajak anak berpikir bersama (co-regulation) dan memvalidasi pentingnya pertanyaan mereka.
Pertanyaan Berulang (Contoh: "Kenapa lagi?" 10 kali berturut-turut) Ganti Pertanyaan dengan Refleksi: "Itu pertanyaan yang bagus, Nak. Coba sekarang kamu tebak, kenapa kita perlu makan sayur?" Mengalihkan fokus kembali ke anak, melatih memori kerja dan inisiatif berpikir mereka.
Orang Tua Tidak Tahu Jawabannya (Contoh: "Kenapa pesawat bisa terbang melayang?") Jawab dengan Kejujuran dan Ajak Mencari Tahu: "Itu pertanyaan yang susah, Mama/Papa juga tidak tahu detailnya. Bagaimana kalau kita cari di buku atau di video bersama-sama?" Mengajarkan bahwa tidak apa-apa untuk tidak tahu, dan yang terpenting adalah proses belajar dan mencari sumber yang benar.

Kapan Perlu Menjadi Perhatian (Concern)?

Meskipun fase "Kenapa?" adalah tanda sehat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Pertanyaan Berulang Tanpa Respons: Anak sering bertanya "Kenapa?" tetapi tidak benar-benar mendengarkan atau tidak bisa memproses jawaban sederhana, dan terus mengulang pertanyaan yang sama persis dalam waktu singkat.
  • Minimnya Komunikasi Non-Pertanyaan: Jika anak hanya menggunakan kata "Kenapa?" dan sulit memulai percakapan atau interaksi lain (small talk atau role play), mungkin ada kebutuhan stimulasi komunikasi yang berbeda.
  • Penghambatan Emosi: Jika anak mengajukan pertanyaan hanya saat ia merasa cemas atau takut (sebagai mekanisme pengalihan), fokus harus dialihkan pada penenangan emosi anak terlebih dahulu.

Pesan Kunci: Jangan biarkan rasa lelah mengalahkan rasa ingin tahu anak. Jadikan momen "Kenapa?" sebagai kesempatan Anda untuk terkoneksi dengan anak dan membangun fondasi kecerdasan dan logika mereka. Otak yang cerdas dimulai dari pertanyaan yang tak terpuaskan.

Klinik Tumbuh Kembang Anak MyKidz bisa membantu Mom/Dad memberikan panduan lebih lanjut tentang bagaimana memaksimalkan stimulasi kognitif dan bahasa melalui dialog harian bersama si Kecil.

Foto: Lukas Goumbik/Pexels.com

Referensi

• Piaget, J. (1954). The Construction of Reality in the Child. Basic Books. 
• Vygotsky, L. S. (1978). Mind in society: The development of higher psychological processes. Harvard University Press. 
• Shonkoff, J. P., & Phillips, D. A. (Eds.). (2000). From Neurons to Neighborhoods: The Science of Early Childhood Development. National Academies Press. 
• Hirsh-Pasek, K., & Golinkoff, R. M. (2016). Becoming Brilliant: What Science Tells Us About Raising Successful Children. APA.

 

 

 

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?