Haduh, Anak Lebih Dekat dengan Pengasuh!

Dipublikasikan: Jumat, 25 Juli 2025

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Candra Widanarko

Editor: Candra Widanarko

MyKidz - Pernahkah merasa sedikit “tersisih” karena si kecil justru lebih lengket atau nurut pada pengasuhnya? Entah itu ART (asisten rumah tangga), nanny, atau babysitter, mereka sering kali jadi sosok yang paling dipercaya dan disukai anak. Fenomena ini umum terjadi, dan meskipun kadang terasa mengusik ego orang tua, penting untuk memahami kenapa ini bisa terjadi dan apa yang bisa dilakukan.

Ikatan Emosional Terbentuk Lewat Kebersamaan

Hubungan emosional antara anak dan pengasuh biasanya terbentuk dari waktu ke waktu melalui attachment yang stabil dan penuh responsif. Menurut teori attachment dari John Bowlby, anak akan membangun kedekatan dengan orang dewasa yang paling sering merespons kebutuhan emosional dan fisiknya secara konsisten, terutama di usia 0–3 tahun, masa krusial pembentukan ikatan emosional.

Jika seorang pengasuh hadir setiap hari, mengganti popok, menyuapi, memeluk saat anak menangis, dan bermain bersama, maka bukan hal aneh bila anak mengasosiasikan rasa aman dan nyaman padanya. Studi dari Journal of Child Psychology and Psychiatry (Sagi et al., 2002) menunjukkan bahwa attachment yang kuat bisa terbentuk dengan siapa pun yang menyediakan caregiving penuh empati dan konsisten, bukan hanya orang tua kandung.

Kedekatan Mulai Terlihat pada Usia 1 Tahun

Biasanya, anak mulai menunjukkan preferensi terhadap figur tertentu sejak usia 8 bulan–1 tahun, ditandai dengan atau rasa tidak nyaman saat ditinggal oleh figur tersebut. Di sinilah banyak orang tua mulai menyadari bahwa anak justru menangis saat pengasuhnya pergi, bukan saat ditinggal orang tua.

Hal ini makin menguat jika waktu orang tua bersama anak terbatas. Anak usia dini belum bisa memahami konsep “orang tua sedang bekerja demi masa depanmu.” Yang mereka tahu adalah siapa yang hadir ketika mereka butuh dan kehadiran ini jadi kunci utama terbentuknya kelekatan emosional.

Apakah Ini Salah? Tidak Selalu.

Penting untuk tidak serta-merta menganggap hal ini sebagai “kegagalan” orang tua. Orang tua tetap punya tempat yang istimewa di hati anak. Tapi jika ingin membangun hubungan emosional yang lebih erat, maka perlu dilakukan intervensi yang penuh kasih, bukan dengan rasa bersaing atau rasa bersalah.

Yang perlu dicermati adalah ketika anak menunjukkan sikap agresif atau menolak kehadiran orang tua, merasa tidak nyaman ketika bersama orang tuanya, atau bahkan menunjukkan gejala attachment disorder. Dalam kasus ini, intervensi menjadi penting.

Siapa yang Perlu Mengintervensi dan Bagaimana?

Idealnya, intervensi dilakukan oleh orang tua sendiri, dengan didampingi ahli jika diperlukan. Beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  1. Tingkatkan kualitas waktu bersama anak. Bukan soal durasi, tapi bagaimana waktu itu digunakan. Hindari multitasking saat bersama anak.
  2. Libatkan diri dalam rutinitas. Misalnya ikut memandikan, meninabobokan, atau membacakan buku sebelum tidur.
  3. Bicarakan dengan pengasuh. Bangun kerja sama, bukan kompetisi. Libatkan mereka untuk membantu menciptakan transisi emosional yang sehat.
  4. Konsisten hadir secara emosional. Anak lebih butuh kehadiran hati orang tua dibanding sekadar kehadiran fisik.

Bagaimana Cara Mencegahnya?

Jika baru akan mempekerjakan pengasuh, penting untuk tetap menempatkan orang tua sebagai figur utama dalam kegiatan emosional anak. Pengasuh bisa dilibatkan dalam tugas-tugas logistik, sementara interaksi emosional (seperti pelukan saat sedih atau sesi bermain) diupayakan dilakukan oleh orang tua.

Pencegahan juga bisa dilakukan dengan menciptakan rutinitas harian bersama anak, termasuk saat pagi hari sebelum bekerja dan malam sebelum tidur. Ini akan memperkuat bonding antara orang tua dan anak, walau hanya dalam waktu singkat.

Bukan Kompetisi Cinta

Mari ubah perspektif. Pengasuh bukanlah saingan dalam mencintai anak kita, tapi mitra yang membantu tumbuh kembangnya. Justru hubungan yang sehat antara anak dan pengasuh adalah indikator bahwa anak mampu membangun attachment yang sehat, modal penting untuk masa depannya.

Yang terpenting, orang tua tetap menjadi figur sentral dalam nilai-nilai, orientasi hidup, dan pembentukan karakter anak. Dan untuk bisa menjadi orang tua yang emotionally available, kita juga perlu belajar dan didampingi.

Klinik Tumbuh Kembang MyKidz hadir untuk membantu Mom/Dad memahami dinamika emosional anak dan menjalin hubungan yang lebih sehat di rumah. Jika ingin berdiskusi lebih lanjut tentang attachment, pola asuh, atau tumbuh kembang anak, yuk mampir dan konsultasi ke MyKidz!

Foto: Tuan PM/Pexels.com

Referensi:

• Bowlby, J. (1988). A Secure Base: Parent-Child Attachment and Healthy Human Development. Basic Books.
• Sagi, A., et al. (2002). "Attachment and caregiving representations: The caregiving system in adult attachment." Journal of Child Psychology and Psychiatry, 43(7), 845–857.
• Berlin, L. J., et al. (2005). "Attachment and the developmental origins of behavioral problems." Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics, 26(1), 34–49.
• Ainsworth, M.D.S. (1979). "Infant–mother attachment." American Psychologist, 34(10), 932–937.
 

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?