Anak Sering Malu Belum Tentu Pemalu, Lho
Dipublikasikan: Senin, 20 Oktober 2025
Waktu membaca: 3 menit
MyKidz - Duuuh... anak sering ngumpet di balik ibunya, menggengam (cenderung meremas) rok atau celana orang tuanya ketika diajak ke tengah keramaian. Atau nunduuuk terus, sangat sulit diajak berinteraksi dengan orang lain. Termasuk menolak sapaan dari orang dewasa. Respons pertama kita seringkali adalah, "Anakku memang pemalu, keturunan ayahnya..."
Sikap pemalu memang adalah sifat alami dan wajar dalam proses tumbuh kembang. Namun, ada batas tipis antara sifat pemalu dan kondisi klinis yang disebut Kecemasan Sosial (Social Anxiety). Mengabaikan perbedaan ini dapat menghambat anak mendapatkan dukungan yang tepat.
Memahami Batasan: Pemalu vs. Kecemasan Sosial
Sifat pemalu (shyness) adalah trait kepribadian yang membuat seseorang merasa tidak nyaman atau ragu-ragu dalam situasi sosial yang baru. Rasanya seperti "rem tangan" yang ditarik sebentar.
Sementara itu, Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder/SAD) adalah gangguan kesehatan mental. Rasanya seperti "rem tangan" yang terkunci, disertai ketakutan intens akan penilaian negatif, rasa malu, atau penghinaan di depan umum.
Bagaimana membedakannya?
Sifat pemalu adalah trait kepribadian yang membuat seseorang merasa tidak nyaman atau ragu-ragu dalam situasi sosial yang baru.
- Anak yang pemalu biasanya merasa tidak nyaman di awal, tetapi bisa menghangat seiring waktu.
- Mereka bisa berpartisipasi setelah mengamati lingkungan sebentar.
- Mereka masih punya teman dan berinteraksi nyaman dalam kelompok kecil.
- Gejala fisik yang muncul ringan (misalnya wajah memerah) dan cepat hilang.
Sedangkan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder/SAD) adalah gangguan kesehatan mental. Ini ditandai dengan ketakutan intens yang melebihi batas usia dan situasi.
- Anak dengan kecemasan sosial menunjukkan ketakutan intens yang menetap, bukan hanya ketidaknyamanan sementara.
- Mereka cenderung menghindar aktif dari hampir semua situasi sosial (seperti pesta, sekolah, atau saat diminta berbicara).
- Mereka mengalami isolasi diri, enggan bermain, dan sulit menjaga persahabatan.
- Gejala fisik yang muncul parah dan mengganggu, seperti jantung berdebar, napas pendek, sakit perut, atau menangis hebat saat harus berinteraksi.
Pesan Kunci: Anak yang pemalu ingin berinteraksi tetapi butuh waktu. Anak dengan kecemasan sosial ingin menghindar karena rasa takut jauh lebih besar daripada keinginan untuk berinteraksi.
Red Flag yang Perlu Diperhatikan Orang Tua
Kapan Mom/Dad harus berhenti berkata, "Dia cuma pemalu," dan mulai mencari bantuan?
- Menghindari secara Konsisten: Anak menolak pergi ke sekolah atau pesta ulang tahun secara berulang (bukan hanya sesekali), padahal dia biasanya menyukai kegiatan tersebut.
- Dampak pada Kinerja: Kecemasan membuat anak tidak bisa menjawab pertanyaan di kelas, bahkan ketika dia tahu jawabannya, sehingga mengganggu proses belajar.
- Keterbatasan Gerak: Anak membatasi geraknya secara fisik. Di taman bermain, dia hanya berdiam di dekat Anda dan menolak bermain dengan anak lain, padahal ada kesempatan.
- Tangisan Hebat saat Transisi: Mengalami kesulitan ekstrem saat transisi sosial (misalnya, saat Anda meninggalkannya di sekolah atau menitipkan di rumah kakek-nenek).
Bagaimana Mendukung Anak Tanpa Memaksa?
Baik anak Anda hanya pemalu maupun menunjukkan tanda kecemasan sosial, peran orang tua adalah memberikan rasa aman (emosional) dan perasaan diterima.
- Hindari Melabeli: Jangan pernah berkata, "Ini anak saya yang pemalu," di depan umum. Ini justru memperkuat identitas negatif tersebut. Ubah narasi menjadi, "Ia sedang mengamati lingkungan, ia butuh waktu untuk bersiap."
- Jadikan Perantara (The Social Anchor): Saat berada di lingkungan baru, alih-alih memaksa anak berbicara, dekati anak lain bersama-sama. Contoh: "Hai, nama kamu siapa? Boleh kenalan dengan temanku, namanya Budi?" Jadilah jembatan sampai anak merasa cukup aman untuk melangkah sendiri.
- Latih Keterampilan Sosial di Rumah: Lakukan role-play (berpura-pura) di rumah. Contoh: "Ayo kita pura-pura kamu mau meminjam mainan temannya. Kamu harus bilang apa?" Latihan ini membangun kepercayaan diri.
- Validasi Rasa Takut: Akui perasaannya. "Mom tahu kamu takut mencoba ayunan baru itu. Tidak apa-apa, kamu bisa melihat dulu sebentar, atau kita coba besok." Jangan pernah meremehkan ketakutan mereka.
Jika kecemasan sosial sudah mengganggu kualitas hidup anak dan berlangsung lama, ini adalah tugas bagi profesional. Tim Psikolog Anak di Klinik Tumbuh Kembang Anak MyKidz dapat membantu anak mengembangkan strategi coping yang sehat dan secara bertahap mengurangi rasa takut mereka melalui Terapi Perilaku Kognitif (CBT) yang sesuai usia.
Foto: Ketut Subiyanto/Pexels.com
Referensi:
• American Psychiatric Association (APA). (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Arlington, VA: American Psychiatric Publishing. (Untuk definisi Kecemasan Sosial)
• Beery, S., & Shiner, R. L. (2018). Social anxiety in middle childhood: Exploring the distinction between shyness and social anxiety disorder symptoms. Journal of Clinical Child & Adolescent Psychology, 47(2), 220-234. https://doi.org/10.1080/15374416.2016.1264850
• Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2022). Gangguan Cemas pada Anak dan Remaja. IDAI.