ASI: Makanan, Sentuhan, dan Cinta

Dipublikasikan: Rabu, 6 Agustus 2025

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Candra Widanarko

Editor: Candra Widanarko

MyKidz - Pekan ini adalah Pekan ASI Internasional (1-7 Agustus 2025). Pada tahun ini, pesan yang diantar adalah “invest in breastfeeding, invest in the future”. Menyusui adalah investasi penting bagi masa depan anak. Ketika seorang ibu memeluk bayinya untuk menyusui, bukan cuma tubuh kecil itu yang menerima asupan paling sempurna yang pernah diciptakan alam, tapi juga jiwanya yang sedang dibentuk, sedikit demi sedikit, dalam pelukan yang hangat dan penuh kasih.

Air Susu Ibu bukanlah satu jenis cairan seragam. Ia hidup. Berubah sesuai kebutuhan anak. Menyesuaikan dengan suhu tubuh bayi, keadaan emosionalnya, bahkan jika si kecil sedang sakit. ASI membawa pesan biologis dan emosional dari ibu ke anak, dalam cara yang belum mampu ditiru oleh formula manapun.

Lebih dari Sekadar Nutrisi

Di dalam ASI terdapat antibodi yang dirancang khusus untuk melindungi bayi dari infeksi. Bayi yang disusui cenderung memiliki risiko lebih rendah terhadap diare, ISPA, infeksi telinga, bahkan sindrom kematian mendadak bayi (SIDS). Ini karena ASI mengandung zat imunologis seperti IgA, laktoferin, dan sel darah putih yang terus bekerja sebagai “tentara penjaga” tubuh bayi (Ballard & Morrow, 2013).

Namun manfaatnya tidak berhenti di pertahanan tubuh. Otak bayi juga tumbuh dengan kecepatan luar biasa di tahun-tahun awal. Lemak dalam ASI, terutama DHA dan AA, berperan penting dalam membangun struktur otak. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang disusui memiliki perkembangan kognitif lebih baik dan performa akademik lebih tinggi saat usia sekolah (Horta et al., 2015).

Dan yang sering dilupakan: ASI membawa kedekatan. Dalam pelukan itu, bayi merasa aman. Degup jantung ibunya adalah musik yang ia kenal sejak dalam kandungan. Kedekatan ini membantu membentuk secure attachment, dasar penting bagi regulasi emosi dan kesehatan mental anak di masa depan.

Apa yang Perlu Disiapkan Agar ASI Lancar?

Menyusui adalah proses biologis, tapi juga sangat emosional. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon yang dipengaruhi oleh perasaan.

Ibu yang stres, kurang istirahat, atau merasa tertekan bisa mengalami gangguan produksi ASI. Sebaliknya, dukungan yang lembut dan suasana yang menenangkan akan membuat hormon oksitosin bekerja lebih optimal, sehingga memperlancar aliran ASI sekaligus memberi rasa bahagia.

Asupan ibu juga penting. Kalori, cairan, protein, dan lemak sehat harus cukup agar tubuh bisa terus memproduksi ASI yang berkualitas. Pijat laktasi bisa membantu mencegah saluran ASI tersumbat, memperlancar aliran, sekaligus memberi kelegaan pada tubuh ibu yang lelah.

Tapi mungkin yang paling dibutuhkan ibu menyusui adalah rasa diterima. Diterima dengan segala emosinya, dukungannya yang mungkin ragu-ragu, dan usahanya yang belum tentu mulus. Karena menyusui bukan perkara instan. Ada rasa sakit, ada tangis di malam hari, ada keraguan. Namun di balik itu, ada kekuatan yang sedang tumbuh di dada seorang perempuan yang baru saja jadi ibu.

Kalau ASI Sedikit, Apa yang Bisa Dilakukan?

Kadang tubuh butuh waktu. Bila ASI belum keluar banyak, menyusui sesering mungkin tetap dianjurkan karena hisapan bayi sendiri adalah stimulus terbaik. Jika bayi belum bisa menyusu langsung, memerah ASI dan melakukan kontak kulit ke kulit bisa membantu membangun sinyal ke otak untuk meningkatkan produksi.

Konsultasi dengan konselor laktasi akan sangat membantu untuk mengetahui posisi menyusui yang benar, mengenali tanda pelekatan yang optimal, serta menemukan teknik yang sesuai untuk kondisi masing-masing ibu.

Dan bila pada akhirnya ibu perlu memberikan suplemen tambahan atau susu pendamping karena alasan medis, itu bukan kegagalan. Cinta seorang ibu tidak diukur dari banyaknya tetes ASI, tapi dari upaya tulus untuk memberikan yang terbaik.

ASI adalah bentuk komunikasi yang paling purba. Ia berbicara lewat rasa hangat, detak jantung, dan aroma tubuh. Lewat ASI, tubuh ibu berkata: “Aku ada untukmu.”

Di Klinik Tumbuh Kembang MyKidz, kami siap mendampingi ibu menyusui dalam setiap prosesnya. Dari belajar menyusui, menangani tantangan laktasi, atau menenangkan hati yang lelah. Karena setiap tetes ASI adalah bagian dari cerita cinta antara ibu dan anak yang akan dibawa seumur hidup.

Foto: William Fortunato/Pexels.com

Referensi:

• Ballard, O., & Morrow, A. L. (2013). Human Milk Composition: Nutrients and Bioactive Factors. Pediatric Clinics of North America, 60(1), 49–74. https://doi.org/10.1016/j.pcl.2012.10.002
• Horta, B. L., Loret de Mola, C., & Victora, C. G. (2015). Breastfeeding and intelligence: systematic review and meta-analysis. Acta Paediatrica, 104(467), 14–19. https://doi.org/10.1111/apa.13139
• UNICEF & WHO. (2023). Breastfeeding and early brain development. https://www.unicef.org/earlychildhood/breastfeeding
 

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?