Ada Musuh Senyap Tumbuh Kembang di Balik Diare dan Muntah

Dipublikasikan: Senin, 27 Oktober 2025

Waktu membaca: 3 menit

Penulis: Candra Widanarko

Editor: Candra Widanarko

MyKidz - Ketika anak terserang diare dan muntah, naluri kita mungkin fokus pada membersihkan kekacauan dan memberikan obat. Tapi, ada musuh yang jauh lebih berbahaya yang mengintai di balik diare dan muntah: Dehidrasi.

Dehidrasi bukan hanya rasa haus. Pada anak, ini adalah kondisi darurat yang bisa mengancam nyawa dan sangat cepat mengganggu perkembangan kognitifnya. Yuk, kita pahami mengapa dehidrasi itu sangat berbahaya dan bagaimana cara kilat melakukan tindakan untuk mengatasinya. 

Apa yang Terjadi pada Tubuh Si Kecil?

Diare dan muntah adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan zat yang tidak diinginkan. Sayangnya, proses ini seperti membuka keran air besar-besaran:

  1. Muntah: Mengeluarkan cairan dari lambung dengan cepat, termasuk elektrolit penting (natrium, kalium) yang dibutuhkan sel saraf dan otot.
  2. Diare: Usus tidak menyerap air, sehingga cairan dan elektrolit terbuang dalam jumlah besar melalui feses yang encer.

Kombinasi keduanya menyebabkan defisit cairan dan elektrolit. Elektrolit sangat penting untuk menghantarkan sinyal listrik di otak. Jika hilang, seluruh sistem saraf dan fungsi organ akan terganggu.

Waspada! Gejala Kunci Dehidrasi

Karena dehidrasi pada anak dapat berkembang dalam hitungan jam, Mom/Dad harus fokus pada tanda-tanda berikut. Gejala ini adalah red flag bahwa kita harus bertindak sekarang!

  • Air Mata Kering (Tingkat Waspada Tinggi): Anak menangis, tetapi air matanya tidak keluar atau hanya keluar sangat sedikit. Ini adalah indikator dehidrasi yang signifikan.
  • Mulut dan Lidah Kering (Tingkat Waspada Tinggi): Mulut, bibir, dan lidah terlihat sangat kering dan lengket. Anak mungkin kesulitan menelan atau mengeluh haus ekstrem.
  • Urin Berkurang (Patokan MUTLAK, Segera ke IGD!): Ini adalah patokan paling penting. Anak tidak buang air kecil selama 6–8 jam pada balita, atau popok kering selama 3 jam pada bayi. Penurunan frekuensi urin menunjukkan kegagalan ginjal mempertahankan cairan.
  • Apatis & Mengantuk Berlebihan (Patokan MUTLAK, Segera ke IGD!): Anak terlihat sangat lemas, sulit dibangunkan, dan tidak responsif terhadap lingkungan. Ini adalah tanda dehidrasi sudah memengaruhi fungsi otak.
  • Ubun-ubun Cekung (Bayi - Tingkat Waspada Sangat Tinggi): Pada bayi di bawah 18 bulan, titik lunak di atas kepala (ubun-ubun) terlihat cekung ke dalam. Ini menandakan volume cairan di dalam tubuh menurun drastis.

Tindakan Kilat: Segera Gantikan Elektrolit!

Jika Mom/Dad melihat diare dan muntah dimulai, patokan pertama kita adalah: segera ganti cairan dan elektrolit yang hilang.

1. Senjata Utama: Oralit

Air putih saja tidak cukup karena tidak mengandung elektrolit. Oralit adalah solusi terbaik. Oralit sudah memiliki komposisi air, gula, dan elektrolit yang seimbang, dirancang khusus untuk diserap usus yang sedang sakit.

Cara Pemberian: Jangan diberikan sekaligus banyak! Berikan sesendok atau sedikit demi sedikit, setiap 5–10 menit. Pemberian bertahap akan mengurangi risiko muntah kembali.

2. Kapan Harus ke Dokter/IGD?

Patokan paling penting adalah frekuensi dan volume urin. Jika anak tidak buang air kecil selama 6–8 jam, atau menunjukkan tanda apatis/lemas ekstrem, segera bawa ke IGD. Dokter mungkin akan memerlukan rehidrasi melalui infus (intravena) jika dehidrasi sudah berat.

Bahaya Dehidrasi pada Tumbuh Kembang

Jika terlambat ditangani, dehidrasi dapat menyebabkan:

  • Gangguan Kognitif Jangka Pendek: Dehidrasi berat dapat menyebabkan syok dan kerusakan organ. Otak kekurangan oksigen dan nutrisi, yang dapat memengaruhi perkembangan kognitif.
  • Hambatan Pertumbuhan Fisik: Diare yang parah dan berkepanjangan menyebabkan malnutrisi karena usus tidak bisa menyerap gizi. Ini menghambat kenaikan berat badan dan tinggi badan anak.

Mengembalikan Nafsu Makan Pasca-Muntah

Setelah muntah berhenti dan anak terhidrasi (sekitar 6–12 jam):

  1. Kembali makan seperti biasa. Tinggalkan diet BRAT (pisang, nasi, apel, roti). Kini anjuran WHO adalah lanjutkan makanan biasa segera setelah muntah/diare membaik! Makanan padat membantu usus pulih lebih cepat.
  2. Porsi Kecil, Sering: Berikan makanan favorit anak dalam porsi sangat kecil, tapi sering. Tawarkan setiap 1-2 jam sekali.
  3. Protein Ringan: Berikan sup kaldu, telur orak-arik, atau ayam tanpa kulit. Protein dan kaldu membantu memulihkan energi dan memperbaiki jaringan usus yang rusak.

Mom/Dad, jangan pernah remehkan diare dan muntah. Kecepatan dan disiplin dalam pemberian Oralit adalah kunci untuk melindungi otak dan tumbuh kembang si Kecil.

Foto: Kristina Chernavina/Pexels.com

Referensi:

• World Health Organization (WHO). (2017). Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of Common Childhood Illnesses. WHO.
• Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2020). Pedoman Pelayanan Medis: Tata Laksana Diare Akut. IDAI.
• King, C. K., et al. (2003). Management of acute gastroenteritis in children: oral rehydration, maintenance, and nutritional therapy. MMWR Recommendations and Reports, 52(RR-16), 1-16. (Panduan kunci penggunaan Oralit).
 

 

Punya pertanyaan lain seputar layanan kami?